Sebagaimana yang telah kita ketahui, ada amalan-amalan yang sifatnya Jariyah. Yaitu pahalanya akan terus mengalir terus menerus tanpa kita sadari. Bahkan ada yang terus mengalir walau jasad telah terkubur
Dalam sebuah hadits disebutkan,
ada tiga hal yang pahalanya mengalir walaupun empunya amal telah meninggal
dunia dan dikuburkan. Yaitu sodaqoh jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak
sholeh yang selalu mendoakan orang tuanya.
Sungguh amat disayangkan apabila
kita tidak mampu mendapatkan salah satu dari ketiganya. Tetapi alangkah
beruntungnya bila kita mampu mendapatkan ketiganya. Ketika raga sudah tidak
mampu bergerak lagi karena ruh telah tercabut, malaikat pencatat amal kebaikan
kita masih terus sibuk bekerja mempertebal kitab catatan amal kebaikan kita.
Sesungguhnya, sodaqoh jariyah dan
ilmu yang bermanfaat, adalah suatu hal yang sehari-hari terpampang didepan
mata. Kesempatan itu ada. Apalagi yang memiliki anak-anak kandung. Kesempatan
itu terbuka lebar. Ada
banyak hal yang bisa kita lakukan dan kita ajarkan kepada anak-anak kita, yang
bisa dijadikan amal yang pahalanya terus mengalir.
Sepele. Mengajarkan surat Al-Fatihah pada
anak-anak. Dan itu bukanlah suatu hal yang sulit. Tapi apa yang terjadi? Dalam
sehari, minimal lima
kali anak mengucapkan Al-Fatihah. Padahal pahalanya mengajarkannya seperti
orang yang membacanya tanpa mengurangi pahala orang yang membacanya. Berapa
banyak pahala yang akan didapat orang yang mengajarkan surat Al-Fatihah bila itu diajarkan pada seorang
anaknya?
Pun anak yang sholeh tidak akan
membacanya lima
kali sehari. Dalam sholat wajib, ada 17 kali kesempatan membaca surat Al-Fatihah. Dalam sholat
sunnah Rowatib, ada 12 kali kesempatan membaca Al-Fatihah. Belum sholat Dhuha
dan sholat Witir. Apalagi ditambah sholat Tahajud. Dan bila itu berlangsung
setiap hari, silahkan dihitung ada berapa banyak suurat Al-Fatihah yang dibaca
dalam satu minggu, satu bulan, satu tahun, bahkan seumur hidup anak tersebut.
Itu baru surat Al-Fatihah. Belum surat-surat pendek
seperti Al-Ikhlash, Al-Falaq, dan An-Nas yang dibaca setiap selesai sholat,
atau dalam ma’tsurat pagi dan sore. Ada
juga Ayat Kursi yang akan sering dibaca juga. Ada berapa banyak pahala yang akan didapat?
Juga mengajarkan sholat kepada
anak-anak, meliputi gerakan dan bacaan sholat. Adalah suatu amalan yang akan
dilakukan anak sepanjang hidupnya. Pahalanya akan terus mengalir bagi siapa
saja yang mengajarkannya. Mengajarkan membaca Al-Qur’an kepada anak-anak. Maka
setiap kali anak membacanya, orang tua akan mendapatkan pahalanya.
Masih banyak amalan-amalan lain
yang bisa diajarkan kepada anak-anak, yang bisa menjadi amal jariyah. Namun
sayangnya, banyak yang tidak menyadari hal ini. Ladang pahala yang besar ini
tidak mau dilakukan, dan memilih orang lain untuk melakukannya. Membiarkan
gurunya yang mengajarkan hal-hal mendasar tersebut pada anak-anak kita.
Akhirnya, kiriman pahala tersebut akan mengalir pada guru-guru mereka, bukan
pada orang tuanya.
Sungguh amat disayangkan, bila
orang tua tidak menyadari hal ini. Bila mereka sadar bahwa mereka tidak mampu
mengajarkannya, maka mereka akan berusaha semaksimal mungkin mencari jalan agar
anaknya mampu melakukannya. Mencari sekolah yang bagus, mencari guru privat,
mencari TPA yang berkompeten. Semua usaha akan dilakukan agar anaknya bisa
melakukan ibadah dengan baik dan benar. Semua usaha orang tua insya Allah akan
ada nilainya dihadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Yang membuat miris, adalah ketika
orang tua tidak mengajarkannya pada anak-anaknya, tetapi orang tua juga tidak
berusaha agar anaknya bisa. Sholat, mengaji, dan hafalan surat-surat pendek
adalah suatu hal yang sifatnya wajib. Seharusnya orang tua menjadi gelisah dan
tidak tenang ketika anaknya belum bisa melakukannya.
Hal seperti itulah yang sering
saya lihat dalam lingkungan saya. Dalam TPA yang saya kelola, saya mendapati
ada berbagai macam tipe orang tua. Yang ingin saya soroti adalah tipe orang tua
yang benar-benar menyepelekan pendidikan wajib untuk anak-anaknya. Bisa
dibayangkan, seorang anak berusia sembilan atau sepuluh tahun, sholatnya masih
bercanda, bermain tendang-menendang dan tertawa bersama teman-temannya. Bacaan
al-Fatihahnya masih belum lancar dan urut. Surat-surat pendeknya masih
belepotan dengan huruf-huruf yang salah dilafalkan. Membaca Al-Qur’annya? Masih
iqro’ jilid satu!!
Menurut saya, itu sudah amat
terlambat. Sepuluh tahun adalah usia wajib sholat bagi anak. Bahkan dalam
sebuah hadits, anak harus dipukul ketika meninggalkan sholat ketika usianya
sepuluh tahun. Sholat adalah suatu ibadah yang urgent, penting, dan mendasar.
Bila gerakan sholat dan bacaannya masih belum sempurna, maka akan ada dosa bagi
anak dan orang tuanya sebagai penanggung jawab.
Bagi yang belum terlambat,
marilah kita mulai mengajarkan hal-hal wajib tersebut kepada anak-anak kita.
Dan bagi yang terlambat, maka lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali. Mari
kita upayakan agar anak-anak kita menjadi anak sholeh, yang mampu mendoakan
kedua orang tuanya. Mari kita terus berupaya agar kita bisa mendapatkan amal
jariyah dari anak-anak kita sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar