Kamis, 08 Mei 2014

Selamat Tinggal, Sahabatku

Innalillahi Wa Inna Ilaihi Roji'un



Telah meninggal dunia, sahabat belajar dan bermain saya sejak sekolah dasar. Fatimah Ahmad Al Habsyi atau kami biasa memanggilnya Mimah. Mimah meninggal pada hari Kamis, 7 Mei 2014 di Rumah Sakit Brayat, Manahan, Solo.

Mimah sakit kanker, yang sangat tidak jelas. Awalnya dia hanya merasakan sakit kaki. Lama-lama sakitnya terasa tambah dan bertambah.Hingga akhirnya Mimah yang waktu itu tinggal di Jakarta, merasa tidak kuat ketika merasakan sakit dan meninggalkan pekerjaan rumahnya. Sakitnya bertambah saat saraf wajahnya pun terkena. Wajahnya jadi merot. Pengobatan pun dimulai.

Ketika sakit kakinya tidak tertahankan lagi, Ibunya menyarankan agar Mimah pindah ke Solo, untuk periksa ke dokter Tunjung yang terkenal ahli tulang dan baik. Mimah pun menurut. Setelah sampai di Solo, Mimah segera pergi ke Rumah Sakit Kustati untuk periksa ke dokter Tunjung. Ternyata dokter Tunjung tidak menemukan adanya kelainan pada tulangnya. Tetapi hemoglobin darahnya turun saat itu. Dokter Tunjung mengarahkan agar pindah ke dokter internis, karena kemungkinan ada infeksi dalam tubuhnya, menyebabkan hemoglobin darahnya turun.



Dirasa membutuhkan transfusi darah dan perbaikan infeksinya, Mimah pun opname di RS Kustati. Mulailah perjalanannya keluar masuk rumah sakit sejak itu. Beberapa hari, Mimah diperbolehkan pulang. Tetapi tak lama kemudian, Mimah harus opname lagi di Rumah Sakit Brayat. Sejak opname yang kedua inilah, kaki kanannya menjadi mati rasa dari bawah sampai atas. Tidak merasakan apa-apa, dan tidak bisa digerakkan sendiri.

Karena wajahnya yang merot itu juga, mata kirinya menjadi tidak bisa tertutup. Akhirnya menyebabkan penglihatannya kabur, dan lama-lama tidak bisa untuk melihat lagi. Mimah keluar masuk rumah sakit antara Kustati, Muwardi, dan Brayat. Fisiknya semakin melemah. Badannya semakin kurus. Mimah juga merasa sakit di bagian kakinya yang mati rasa. Dadanya juga merasa sesak, jadi dia sulit untuk tidur. Bahkan, Mimah sering mimisan, mengeluarkan darah dari hidungnya.

Setelah enam hingga tujuh bulan berobat, barulah ketahuan bahwa ada kanker didalam tubuhnya. Tetapi karena sudah sekian lama, rupanya kanker ini sudah menyebar. Kata ibunya, kanker itu ada di leher, di paru-paru, hingga ke kaki. Allahu Akbar! Bahkan Mimah juga bercerita, susah sekali untuk buang air besar, karena rasa-rasanya tidak bisa mengejan. Ujian apa ini??

Mimah mengeluh, betapa dirinya malu begitu merepotkan. Biaya besar juga telah dikeluarkan. Bahkan menimbulkan hutang disana-sini. Mimah juga merasa lelah menahan sakitnya. Betapapun kami semua menghiburnya, kami semua memang tidak merasakan apa yang dirasakannya. Masih terngiang-ngiang bagaimana Mimah menangis saat kami teman-temannya, menjenguk di rumah adiknya. tempat Mimah tinggal selama di Solo.

"Aku tidak menyangka.. Aku tidak kuat.. Aku ingin semua ini cepat berakhir.." katanya sambil menangis keras. Mimah juga merasa sedih karena dirinya tidak bisa lagi mengurusi kedua anaknya yang masih kecil, usia 6 tahun dan 4 tahun. Dia ingin memandikan, menyuapi, dan bermain bersama anak-anaknya seperti dulu.

Yah, yang bisa kami katakan hanyalah saran untuk bersabar dan mencoba lebih kuat. Mengingatkan betapa Allah menyayangi orang yang sakit dengan menghapus dosa-dosanya, meninggikan derajatnya, dan lain-lain. Ketika itu saya membawa yoghurt untuknya, dengan harapan bisa membantu memperlancar pencernaannya. Mimah yang selalu merasa mual juga, senang sekali, bahkan langsung diminum ketika saya sedang disampingnya.

Setelah itu, Mimah masih keluar masuk rumah sakit karena hemoglobin darahnya yang turun drastis. Opname terakhir kedua sebelum Mimah pergi, Mimah harus transfusi darah hingga mencapai 7 kantong. Setelah pulang, hanya beberapa hari dirumah, hemoglobin darahnya sudah turun hingga mencapai angka 4! Segera Mimah dilarikan ke Rumah Sakit Brayat untuk transfusi lagi. Kali ini keadaannya menurun. Mimah sudah tidak mau lagi makan, karena susah baginya untuk menelan. Bahkan dadanya semakin sesak, hingga menggunakan masker oksigen selalu. Bicaranya sepatah dua patah kata saja. Hingga akhirnya Mimah meninggal dunia, pergi meninggalkan kami selama-lamanya.

Ketika mendengar kabar bahwa Mimah telah meninggal dunia, jujur bahwa hati saya semakin longgar. Bukan karena saya menginginkan kepergian Mimah, bukan. Bila Mimah semakin sembuh, saya akan semakin bahagia. Tetapi dengan meninggalnya Mimah, dia tidak merasakan sakit luar biasa yang melelahkannya selama ini. Saya percaya Allah telah memiliki rencana lain yang kita sebagai manusia tidak mengetahuinya.

Ada yang sangat disesalkan.

Ketika mengetahui hal ini, saya sangat menyesal dan kecewa. Mengapa harus kamu, teman? Saya sakit hati ketika mengetahui bahwa Mimah juga berobat ke orang pintar dan sangat mempercayainya. Sakit hati ini. Saya takut, sakit dan lelah yang dia rasakan selama ini tidak menghasilkan manfaat apa-apa untuk akheratnya, hanya karena percaya pada orang pintar. Bukankah kesyirikan adalah dosa yang tidak terampuni? Apakah kamu sempat taubat sebelum ajalmu, teman?

Para dukun-dukun itu memang telah keterlaluan menyesatkan umat manusia. Mereka memanfaatkan kejahilan masyarakat untuk mengeruk keuntungan sebesar-besarnya. Mereka berkedok ustadz, kyai, habib, pengobatan, orang pintar, paranormal, dan lain-lain sebutan indah nan menyesatkan. Semua sama. Sama-sama menganggap bahwa dirinya mengetahui hal ghaib bahkan mampu memberi solusi.

Bagaimana mungkin tahu apa yang terjadi dalam tubuh manusia tanpa pemeriksaan? Bahkan dukun nya ada di luar kota. Melihat fisik pasiennya saja tidak. Lihat hasil laboratorium juga tidak. Seperti itu kok dipercaya. Ini yang bodoh siapa? Bahkan menuruti nasehatnya.

Kalaupun manusia bisa mengetahui hal ghaib, pasti ilmu itu diberikan pada orang-orang yang shaleh pada jaman sahabat. Yang sholat tahajudnya tidak terputus. memohon kepada Allah sambil menangis merendahkan hatinya. Yang sholatnya dijaga kuantitas dan kualitasnya. Yang ibadah sunnahnya tidak terlewat. Yang muamalahnya terjaga baik. Bukan manusia jaman sekarang yang ibadah sunnahnya hanya kalau sempat saja. Ibadah wajibnya saya belum tentu dikerjakan sempurna. Masa Allah melebihkan mereka dibanding para sahabat Nabi? Tidak masuk akal.

Jelas kalau ada yang benar dari dugaan para dukun, itu adalah hasil pengintaian jin suruhannya. Orang yang berinteraksi dengan jin, adalah dilarang oleh agama. Lengkapnya bisa dicari, mengapa Allah melarang berinteraksi dengan jin.

Walhasil, saya sudah tidak mampu berkata-kata lagi. Penyesalan ini menimbulkan semangat baru saya untuk terus berdakwah. Menyebarkan ilmu Allah yang Haq.

Selamat tinggal, Sahabatku.. Semoga Allah memberikan tempat terbaik untukmu...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar