Pembantu rumah tangga saat ini menjadi sebuah kebutuhan yang 'harus' ada bagi setiap rumah tangga. Lebih berasa bila pembantu sedang pulang kampung ketimbang anggota keluarga yang pergi beberapa hari. Pembantu menjadi seseorang yang begitu diidamkan. bahkan ada yang berkata, "50% kebahagiaan rumah tangga bergantung pada pembantunya".
Memang ada sebuah hadits nabi yang isinya, bahwa salah satu kebahagiaan adalah adanya pegawai yang setia. tetapi, sedemikian harusnya kah keberadaan seorang pembantu di dalam rumah tangga?
Sebelumnya, mari kita renungkan, apakah arti seorang pembantu. adalah seseorang yang diharapkan bisa membantu meringankan pekerjaan rumah tangga. biasanya, tugas utamanya adalah menyapu, membersihkan ruangan (benda-benda berceceran), mengelap jendela, mengepel lantai, mencuci baju, menjemur, menyetrika, memasak, mencuci piring, menguras kamar mandi, bahkan kalau ada anak kecil, menyuapi anak juga menjadi tugas pembantu.
pertanyaannya, bila sudah terbantu, apa yang ibu lakukan?
Ibu adalah wakil kepala rumah tangga, sekaligus manajer. tugasnya adalah membuat rumah dalam keadaan aman, nyaman, bersih, dan teratur. namun bila semua tugasnya sudah dilakukan bahkan diambil alih sepenuhnya oleh pembantu, apa yang ibu lakukan? Padahal, disitulah letak pahala yang akan diperoleh ibu.
Bila ibu menyapu, memasak, dan lain-lain dengan hati ikhlas, ingin melayani suami, ingin membahagiakan anak-anak, pasti akan ada pahala melimpah disana. mudah sekali bagi seorang ibu dalam mendapatkan pahala. dirumah, mendandani rumah, kemudian dia berdandan secantik-cantiknya, maka sudah disebut wanita sholihah karena dengan begitu suaminya menjadi betah dirumah bersamanya.
Tetapi bila mengurusi rumah tangga sudah dikerjakan pembantu, darimana ibu memperoleh tambahan pahala? sangat disayangkan sebagian dari muslimah tidak menyadari bahwa keberadaan pembantu bisa melenakan dirinya dan membuatnya semakin kehilangan pahala. merasa banyak waktu luang, jejaring sosial pun menjadi aktif. ikut arisan sana sini, jalan-jalan ke mall bersama teman-teman. akan ada banyak kegiatan yang tampak menyenangkan lainnya.
bukan, sama sekali tidak melarang untuk aktif arisan, jejaring sosial, jalan-jalan ke mall, dan lain-lain. Apalagi melarang keberadaan pembantu. yang harus diingat bahwa hidup ini bukan untuk selamanya, dan hanya bersifat sementara. jadi perbanyaklah bekal pahala untuk kematian. Dan sering melakukan kegiatan yang meski tampak menyenangkan, tapi tidak berpahala, akan semakin menjauhkan diri dari kegiatan yang berpahala. Jiwa akan semakin terbiasa menuruti nafsu.
Kalau sudah terbiasa berada dalam zona nyaman, akan merasa 'kiamat' bila pembantu pamit pulang kampung.
Muslimah, ketahuilah. menjadi ibu rumah tangga adalah suatu kehormatan. mari kita tengok cerita Fatimah binti Muhammad Rosulullah SAW. Meskipun Rosulullah sangat menyayangi fatimah, Rosulullah tidak memberi Fatimah pembantu sesuai permintaannya. Padahal Rosulullah tahu, bahwa Fatimah membersihkan rumahnya sendiri, mengurusi anak-anaknya sendiri, bekerja menggiling gandum sendiri, mengambil air sendiri. Tetapi Rosulullah memberi Fatimah sesuatu yang lebih baik dari pembantu yang akan meringankan pekerjaannya, yaitu
"membaca Subhanallah 33x, Alhamdulillah 33x, Allahu Akbar 33x sebelum tidur"
Lalu, apakah dengan mengerjakan pekerjaan rumah tangga yang kotor dan melelahkan itu Fatimah menjadi hina? Tidak, bahkan Fatimah menjadi sangat terhormat dan mulia.
Jadi, apakah memang sebaiknya tidak menggunakan jasa pembantu? Jawabannya, apabila dengan adanya pembantu, justru melenakan diri, bermalas-malasan dan membuang waktu, anak-anak semakin manja enggan bekerja, sebaiknya tidak menggunakan jasa pembantu. Tetapi bila pembantu dirasa dapat membantu pekerjaannya sebagai dokter, penceramah, guru, dan lain-lain hal-hal yang bermanfaat untuk umat, keberadaan pembantu memang dibutuhkan.
Sudah luruskah niatan kita mempunyai pembantu?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar