13 November
2013 / 9 Muharrom 1435 H
Alhamdulillah,
puji syukur kehadirat Allah atas terselenggaranya kegiatan Khutbah Ta’aruf
Program Khusus Tahfidz TPA Al-Ikhlash bekerja sama dengan Jaringan Rumah Qur’an
Haramain. Peserta yang datang ada 25 orang yang insya Allah semua penuh
antusias dan rasa keinginan yang lebih dari hatinya untuk mendaftarkan anaknya
pada program khusus ini.
Ustadz Kholid
sebagi pengisi acara ini menyampaikan pentingnya tanggungjawab orang tua
terhadap pendidikan anak-anaknya yang didasari dengan Al-Qur’an. Semua peserta
tampak khusyu’ mendengarkan dengan antusias ditandai dengan adanya sesi tanya
jawab yang interaktif.
Ini semua
adalah mimpi yang sedikit menjadi kenyataan. Sebuah mimpi besar yang ternyata
menjadi mimpi bersama. Mimpi menjadikan rumah sebagai tempat kegiatan tahfidz
anak-anak. Rumah menjadi terang benderang dengan bacaan Al-Qur’an. Mimpi
berikutnya adalah bukan hanya rumah yang terang dengan Al-Qur’an, tetapi
lingkungan sekitar, yang semakin lama semakin luas jangkauannya.
Anak-anak yang
duduk manis melingkar menghadap ustadz-ustadzahnya. Bibir-bibir mungil mereka
basah dengan kalimat-kalimat Allah. Semoga mengalir pula kalimat Allah itu
kedalam darah dan dagingnya. Membentuk pribadi yang didasari dengan Al-Qur’an.
Sebuah pemandangan yang menyenangkan. Sejuk mata dan hati menyaksikannya.
Bukan
menghalang-halangi anak untuk les matematika dan pelajaran lainnya. Saya
sebutkan matematika karena inilah yang menjadi momok bagi sebagian orang. Tapi
alangkah ruginya waktu muda mereka yang berharga hanya digunakan untuk mengejar
angka-angka, pengisi lembar ijazah mereka. Dan bukan pengisi kitab catatan amal
mereka dan orang tuanya.
Coba pikirkan
kehidupan yang kita alami saat ini. Yang selalu merasa kurang dalam mendalami
berbagai macam ilmu yang digunakan untuk kehidupan. Yang aplikatif. Penyesalan
bagi diri saya sendiri, mengapa dulu kurang mempelajari berbagai ilmu termasuk
menghafal Al-Qur’an dan malah mementingkan les ini itu. Saya pribadi
menginginkan yang terbaik untuk anak-anak saya dan anak-anak kaum muslimin pada
umumnya.
Akhirnya,
cobalah berpikir sejenak, bagi yang masih mengesampingkan untuk mengisi masa
kanak-kanak bagi putra putrinya dengan mengaji. Bagi yang merasa anak-anaknya
tidak perlu mengaji. Di zaman sekarang ini, godaan semakin gencar dan kuat.
Benteng apalagi yang harus dibangun dalam diri anak selain benteng aqidah yang
lurus, ibadah yang benar, dan akhlak yang baik?
Cobalah untuk
merenung tentang kenakalan remaja zaman sekarang. Tawuran, narkoba, seks bebas.
Semuanya adalah hal-hal yang dilarang oleh agama. Bandingkan dengan remaja
zaman salafus sholih. Imam Syafi’i usia 10 tahun sudah hafal Al-Qur’an. Ibnu
Sina di usianya 15 tahun sudah menjadi dokter. Muhammad Al-Fatih usia 23 tahun
sudah menjadi kholifah dan menaklukkan benteng konstantinopel dengan
kerajaannya sepertiga dunia.
Apa perbedaan
mereka? Adalah dasar pendidikan mereka. Orang tua zaman salafus Sholih
mengedepankan agama dibanding ilmu lainnya. Sehingga ketika mereka mempelajari
ilmu dunia, ilmu agama sudah dipegang kuat dan kokoh dalam pribadi mereka.
Di zaman
sekarang ini, mendidik anak dengan tahfidz Al-Qur’an menjadi salah satu usaha
yang dilakukan orang tua sebagai bentuk pendidikan agama mereka. Menjadi salah
satu benteng yang harus dikuatkan agar kelak mereka menghadapi dunia yang bukan
zaman orang tuanya dengan dasar Al-Qur’anul Karim.
Allahumma
Amin...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar