Minggu, 20 Agustus 2017

Jagalah Pendengaran Anda

Mendengar adalah kemampuan inderawi yang sangat penting dalam hidup kita. Bahkan bisa lebih penting dan berpengaruh daripada kemampuan inderawi yang lain, seperti melihat atau mengecap.

Berdasarkan penelitian, kemampuan mendengar adalah kemampuan inderawi yang pertama kali Allah aktifkan dalam hidup kita. Bayi yang masih dalam rahim ibunda, meski belum bisa melihat dan mengecap, namun ia sudah mampu mendengar. Karena itu, hendaknya, ibu yang sedang hamil menjaga kata-katanya dan menjaga apa yang ia dengar.

Kemampuan mendengar juga adalah kemampuan inderawi yang terakhir kali Allah padamkan dalam hidup kita. Seorang yang mengalami sakaratul mawt meskipun sudah koma dan tidak bisa melihat, ia tetap bisa mendengar. Karenanya kita diperintahkan untuk mentalqinkan mereka yang sedang kritis menghadapi kematian.

Nikmat pendengaran juga adalah nikmat yang pertama kali akan ditanya oleh Allah kepada kita nanti di hari kiamat. Mendahului nikmat penglihatan dan hati-pemikiran.

Allah Ta'ala berfirman,

“Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungjawabannya.” (QS. Al Isra’: 36)

Pengaruh pendengaran ini sangat besar dalam membentuk pemikiran dan kebiasaan kita.

Apa yang kita dengar, bukan hanya masuk ke alam fikir kesadaran namun juga masuk ke alam bawah sadar. Pemikiran bawah sadar ini lah yang kadang kala muncul menjadi tindakan tanpa dapat kita kendalikan.

Sekitar lima belas tahun yang lalu, saya pernah menjadi penyiar radio. Selama lima tahun menjadi penyiar radio, saya menyaksikan betul bagaimana kemampuan kata-kata yang sampai pada telinga pendengar begitu besar dampaknya. Suara lebih dapat membangkitkan imajinasi dan emosi daripada tulisan bahkan gambar.

Karena daya gugah yang dahsyat itulah, saya mengenal rekan-rekan sesama penyiar yang kala itu punya istri, kekasih dan penggemar yang banyak, meskipun tampang dan hartanya pas-pasan. Terutama kepada perempuan, "sihir" suara itu memang sangat terasa.

Saya pun pernah membaca buku-buku tentang hypnosis. Lagi-lagi, seseorang bisa terhipnotis dan terpengaruh untuk melakukan satu tindakan (bahkan tanpa sadar) karena mendengar suara-suara sugesti melalui telinganya.

Itu pula mungkin sebabnya ketika Allah Ta'ala menantang Iblis untuk menggoda manusia, kemampuan iblis yang pertama kali Allah sebutkan untuk menggelincirkan manusia adalah kemampuan suaranya.

Allah Ta'ala berfirman,

"Dan perdayakanlah siapa yang kamu sanggupi di antara mereka dengan suaramu, dan kerahkanlah terhadap mereka pasukan berkuda dan pasukanmu yang berjalan kaki, dan berserikatlah dengan mereka pada harta dan anak-anak dan beri janjilah mereka. Dan tidak ada yang dijanjikan oleh syaitan kepada mereka melainkan tipuan belaka" (QS Al Israa ayat 64)

Imam Ibnu Katsir saat menjelaskan makna "showtika" (suara syaitan) yang disebutkan dalam ayat itu, beliau sebutkan maknanya adalah nyanyian. Nyanyian itu suara syaithan !

Beberapa tahun yang lalu kita juga pernah membaca berita tentang narkoba digital. Narkoba yang bentuknya bukan makanan dan minuman, tapi file digital. Meskipun begitu, efeknya sama seperti kokain, ganja, morfin, dan sejenisnya.

Tahukah Anda, apa bentuk file digital yang menjadi narkoba itu ? File digitalnya berbentuk musik dan suara-suara (syaithan dari jenis) manusia.

Melalui tulisan ini, saya hanya ingin menasihati diri saya dan semua sahabat-sahabat saya untuk menjaga telinga kita. Jangan sampai yang kita dengarkan adalah hal-hal yang tidak bermanfaat dan membawa kemudhorotan dalam hidup kita di dunia, terutama di akhirat.

Jangan dengarkan ghibah, namimah, dan obrolan-obrolan yang tidak bermanfaat.

Jauhilah pula musik. Tinggalkan sebisa mungkin.

Karena telinga yang terbiasa mendengarkan musik dan lagu-lagu, akan sulit mendengarkan al-Qur'an dan menerima nasihat. Akibatnya hati akan menjadi kotor, keras, berpenyakit.

Padahal Allah hanya akan menerima hamba-Nya yang kembali kepada-Nya dengan hati yang bersih.

“(Yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih” (QS. Asy Syu’aro’: 88).

Wallahu a'lam

Akhukum fillah, Muhammad Setiawan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar