Pernah tahu AKI atau Angka Kematian Ibu? Yaitu angka kematian ibu selama proses kehamilan atau 42 hari setelah selesainya kehamilan?
AKI menjadi indikator dalam menggambarkan kesejahteraan masyarakat di suatu negara.
Ternyata, AKI di Indonesia masih lumayan tinggi. Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia, tahun 2012 AKI di Indonesia masih 359 dari 100.000 orang. Dan tahun 2017, turun menjadi 306 dari 100.000 orang. Angka yang cukup tinggi. Target Global Millenium Developement Goals (MDGs) ke 5 adalah menurunkan AKI hingga 102 dari 100.000.
Masih jauh dari target.
Apa saja penyebabnya?
Nomer satu adalah perdarahan 30,3%. Dilanjutkan oleh hipertensi 27,1%, infeksi 7,3%, partus lama 1,8%, abortus 0%, dan lain-lain 40,8%. Lain-lain disini adalah penyebab kematian ibu secara tidak langsung yaitu adanya penyakit lain yang didera ibu sebelumnya.
Berdasarkan survei juga, ternyata hanya 21,4% yang melahirkan di rumah sakit, 38% di klinik bersalin, 7,3% di puskesmas atau pustu, 3,7% lain-lain, dan 29,6% di rumah. (2013)
Penolong persalinan tertinggi adalah 68,6% bidan, 18,5% dokter, 11,8% non nakes, 0,3% perawat, dan 0,8% tidak ada yang menolong. (Riskesdas 2013, Badan Litbankes, kemenkes)
Datanya sampai disini dulu.
YANG TIDAK NAMPAK, BUKAN BERARTI TIDAK ADA
Berikut saya sampaikan beberapa komentar orang yang belum teredukasi baik.
1. Saya dulu selalu melahirkan di rumah. Aman-aman saja.
Alhamdulillah bila selalu aman. Namun diluar sana yang tak pernah kamu lihat, banyak ibu yang melahirkan di rumah lalu meninggal karena lukanya infeksi, atau perdarahan tak kunjung mendapat perawatan maksimal. Banyak diluar sana yang akhirnya meninggal karena tidak ada bantuan medis.
Nyatanya, AKI masih tinggi. Dan ini zaman modern, masih mau melahirkan di rumah tanpa nakes? Mengapa? Apa yang salah bila ditangani nakes? Ingat, kita diperintahkan untuk melakukan ikhtiar semaksimal mungkin. Bila nakes tersedia dan tetap memilih melahirkan dirumah, apakah termasuk ikhtiar maksimal? Tidak. Itu bukan tindakan yang baik. Mengingat, bahwa kondisi diri sendiri padca kehamilan tidak bisa diprediksi. Apalagi kehamilan beresiko. Jelas salah apabila memilih melahirkan di rumah.
2. Saya memilih melahirkan sama bidan. Dokter hanya mencari uang saja.
Silahkan memilih untuk melahirkan dengan bidan, karena bidan juga bagian dari nakes. Tapi mengatakan bahwa dokter hanya mencari uang adalah naif.
Salah satu perbedaan besar antara dokter kandungan dan bidan terletak pada jenis pendidikan yang mereka ambil. Dokter kandungan memiliki spesialisasi dalam kehamilan dan kelahiran. Ia menuntut ilmu di sekolah kedokteran dan dilatih untuk melakukan operasi.
Lain lagi dengan bidan, yang terlatih dalam segala hal yang berhubungan dengan kehamilan dan kelahiran, tapi tidak menimba ilmu di sekolah kedokteran. Meskipun tidak memegang gelar dokter, kompetensi mereka tak berbeda dengan dokter dalam hal memberikan pelayanan bagi kehamilan dan kelahiran. Dokter kandungan biasanya tidak melayani panggilan rumah sehingga Anda harus melahirkan di rumah sakit atau klinik.
Para bidan memiliki spesialisasi pada risiko kehamilan rendah dan menengah pada wanita hamil yang sehat. Biasanya, bidan akan menyarankan wanita memeriksakan diri ke dokter kandungan ketika ada masalah, dan bidan juga tidak melakukan bedah Caesar
Kondisi fisik Anda adalah hal yang paling penting untuk dipertimbangkan sebelum akhirnya memilih untuk melahirkan dengan bantuan dokter kandungan atau bidan. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, apabila Anda sehat dan kondisi Anda normal, mungkin bidan saja cukup. Namun, bila kondisi kesehatan Anda tidak normal, seperti bila Anda memiliki tekanan darah tinggi, epilepsi, penyakit jantung, atau diabetes, dan komplikasi serius tertentu pada kehamilan sebelumnya, risiko Anda tinggi dan Anda akan membutuhkan spesialis Maternal-Fetal Medicine (MFM), ahli yang memiliki spesialisasi dalam kehamilan berisiko tinggi.
Jika Anda sebelumnya menggunakan jasa bidan dan di tengah jalan terdapat masalah, seperti kelahiran prematur atau preeklampsia, bahkan jika Anda ternyata mengandung anak kembar, bidan yang baik biasanya akan merekomendasikan Anda untuk segera pergi ke dokter kandungan atau perinatologis.
3. Jaman dulu semua melahirkan normal, tidak ada yang di operasi.
Ya karena yang berbicara adalah bukan nakes yang menangani di RS, hanya ibu rumah tangga biasa. Dimana yang dilihat adalah tetangga kanan kiri dan saudara. Tidak tahu bagaimana perjuangan dokter merawat ibu yang melahirkan dengan resiko-resiko besar seperti darah tinggi dan lain-lain. Juga tidak tahu bagaimana perasaan menyesal dokter ketika akhirnya yang dirawat harus meninggal dunia.
Yang tidak anda lihat, belum tentu tidak ada.
4. Melahirkan di bidan, lebih baik daripada melahirkan dengan dokter di rumah sakit.
indikator yang menunjukkan baik tidaknya itu apa, sungguh tidak jelas. Cobalah bertanya pada ibu-ibu yang anaknya harus berjuang mencari NICU di rumah sakit untuk buah hatinya yang baru lahir, Bagaimana perasaan mereka ketika akhirnya sang buah hati kalah sebelum sampai ke NICU. Atau tanyakan kepada mereka ketika setelah melahirkan terjadi perdarahan, dan menunggu ambulan ke rumah sakit tak kunjung datang.
Bukan saya anti melahirkan di bidan. Toh kedua anak saya yang nomer 3 dan 4 lahir ditangani oleh bidan. Tapi hendaknya disesuaikan juga dengan kebutuhan dan kondisi.
Saya sudah berkonsultasi dulu sebelumnya dengan dokter. Dokter setuju saya melahirkan dibantu oleh bidan dengan memberi beberapa syarat. Diantaranya, bidan praktek dalam klinik yang bersih, juga memiliki fasilitas mobil ambulan yang siap dipakai sewaktu-waktu. Juga syarat-syarat khusus mengenai kondisi saya, karena VBAC (vaginal birth after caesar), maka saya dilarang di induksi atau di vakum. Jadi benar-benar harus lahir alami. Durasi pembukaan juga tak boleh lebih dari 4 jam. Selebihnya, saya memiliki resiko tinggi.
Saya berikhtiar untuk patuh pada dokter, yang jelas-jelas memiliki ilmu lebih banyak, serta pengalaman lapangan yang lebih luas. Maka saya menolak melahirkan di bidan yang hanya dirumah saja mengingat riwayat kehamilan saya yang beresiko.
5. Saya ditolak banyak bidan, hanya satu bidan yang menerima saya.
Mengapa bidan-bidan menolak, pastinya mereka beralasan baik. Dan bidan yang menerima adalah bidan yang terlalu berani persalinan beresiko tinggi. Bidan lain tidak mau dituntut secara hukum, karena apabila bidan menerima persalinan beresiko tinggi kemudian terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, bidan bisa dituntut. Masing-masing profesi memiliki wewenang. Dan bidan tidak memiliki wewenang untuk persalinan beresiko tinggi. Ini informasi dari bidan yang membantu persalinan saya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar