Jumat, 27 April 2018

Review Film Dangal


Beberapa waktu yang lalu, saya melakukan ‘me-time’ dengan melihat film. Jujur, saya memang sangat suka menonton film. Tentunya film dengan muatan positif, yang inspiratif. Bukan film adegan kekerasan, bukan pula yang tangis-tangisan. Apalagi temanya melulu soal cinta sepasang anak manusia.

Kali ini, pilihan saya jatuh pada film Bollywood yang berjudul Dangal, 2016. Film yang dibintangi oleh bintang film favorit saya, Aamir Khan. Kok Sholihah punya bintang film favorit sih? Sewajarnya saja kok. Nanti saya ceritakan bagaimana saya bisa suka banget sama si Aamir. Salah satunya, adalah beberapa filmnya yang berjudul 3 Idiot dan Tare Zamen Par yang bertema pendidikan, sukses jadi film favorit saya juga. Nah, Dangal ini jadi film ketiganya.

Cerita tentang filmnya dulu ya. Dangal ini artinya kompetisi gulat. Ceritanya mengisahkan Mahavir, seorang pegulat yang terpaksa harus berhenti menjadi pegulat karena kondisi ekonomi. Tapi cita-citanya mempersembahkan emas untuk Negara tak pernah padam. Maka Mahavir sangat menginginkan anak laki-laki. Segala upaya dicoba agar dia bisa memiliki anak laki-laki, sayangnya keempat anaknya adalah anak perempuan. Pupuslah harapannya.

Hingga suatu hari, kedua anaknya yang besar, Geeta dan Babita, memukul teman-temannya yang mengolok-oloknya hingga babak belur. Dari situ, Mahavir yakin bahwa ada darah pegulat mengalir dalam darah  Geeta dan Babita. Sejak saat itu, Mahavir melatih keduanya untuk menjadi pegulat.
Latihannya berlangsung setiap hari dan sangat disiplin. Mahavir sangat ketat mengaturnya hingga ke pola makannya juga. Awalnya Geeta dan Babita menentang dan Mahavir memotong pendek rambut keduanya. Hingga keduanya sadar bahwa sang ayah sedang mempersiapkan masa depan mereka. Dan mereka pun menjadi semangat berlatih.

Ejekan datang dari mana saja. Para tetangga, teman-teman di sekolah, semuanya mengejek. Pegulat hanya untuk anak laki-laki, pikir mereka. Namun akhirnya, Geeta dan Babita bisa memenangkan pertandingan gulat melawan anak laki-laki diberbagai kota. Dan juga akhirnya bisa menjadi juara nasional junior hingga ke senior. Ejekan-ejekan berubah menjadi pujian-pujian untuk keduanya.

Pertentangan dimulai lagi ketika Geeta masuk ke asrama atlit untuk dilatih agar bisa menang di pertandingan internasional. Sang pelatih memberikan teknik yang berbeda dengan ayahnya. Awalnya, Geeta memilih teknik pelatihnya dan menganggap ayahnya salah. Tapi itu membuatnya kalah di beberapa pertandingan internasional. Geeta akhirnya menyadarinya. Geeta menggunakan teknik ayahnya kembali dan itu membuat pelatihnya tidak senang.

Geeta dan Babita masuk kedalam atlit yang ikut acara Olimpiade yang diselenggarakan di India. Dengan latihan jarak jauh ayahnya, Geeta dan Babita berlatih dengan sungguh-sungguh hingga akhirnya Geeta bisa mendapatkan medali emas dan Babita mendapat medali perak. Sungguh kisah perjuangan yang sangat menegangkan.

Hikmahnya, kemenangan itu diperjuangkan. Bukan tumbuh diatas pohon, tapi harus dipupuk dengan disiplin, kerja keras, dan cinta. Itu adalah kata-kata Mahavir ketika ditanya adiknya, mengapa ia begitu keras melatih anak-anaknya. Benar juga, hasil tidak mengkhianati usaha. Jika yakin jalan yang sedang ditapaki adalah benar, tak perlu mempedulikan omongan orang.

Pertanyaan yang ada dalam diri saya, adalah bagaimana para aktris itu memainkan peran sebagai Geeta dan Babita? Terlihat sangat lincah juga bermain gulat. Tidak Nampak dibuat-buat. Benar-benar seperti bergulat. Bahkan beberapa kali saya ulang ketika adegan gulat, semuanya menunjukkan bahwa sang aktris benar-benar bergulat juga. Juga Aamir khan yang berperan sebagai sang ayah, Mahavir. Pada awalnya, terlihat badannya yang kekar dan berotot. Dan badannya menjadi sangat gemuk dengan lemak perut menggelantung. Bagaimana bisa? Apa lemaknya dibuat-buat? Atau badan berototnya bukan badannya Aamir? Tapi aktingnya benar-benar si Aamir kok. Wajahnya yang khas tidak mungkin diganti dengan orang lain yang begitu serupa kecuali kembar identik.

Daripada penasaran, saya pun mencari behind the scene-nya di youtube. Eh, ternyata ada! 

Terjawablah rasa penasaran saya diikuti dengan takjub yang luar biasa.
Jadi, para aktris itu jelas bukan dengan latar belakang pegulat. Bahkan tidak tahu apa-apa tentang gulat. Mereka dilatih dengan latihan yang sangat disiplin, mirip dengan filmnya! Para aktris itu berlatih selama 9 bulan. Pemeran Geeta dewasa sempat mengalami patah tulang dan Geeta remaja sempat terluka. Namun itu tidak menyurutkan langkah dan semangatnya. Dengan latihan selama Sembilan bulan itulah yang menyebabkan acting mereka Nampak begitu real.

Aamir Khan, aslinya memang gemuk. Jadi aktingnya dimulai ketika adegan yang memerlukan dirinya dengan kondisi gemuk. Lalu setelah selesai, Aamir mulai berlatih fitness untuk membentuk badannya. Setiap hari berlatih selama enam bulan dan badannya pun menjadi berotot. Enam bulan berlatih hanya untuk acting sebuah film? Ya, begitulah yang dilakukan Aamir Khan.

Nampak kan ya, perjuangan mereka untuk menciptakan sebuah film. Tak salah, film inipun meraih rekor box office menghasilkan USD 50 juta. Angka yang fantastis kan? Dan itu harga untuk perjuangan mereka selama berbulan-bulan.

Nah kita sedang berjuang untuk apa? Kok saya jadi merasa sangat malas ya setelah menonton film ini. Apa sih yang sedang kita cita-citakan? Yuk, mulai beraksi untuk memperjuangkan cita-cita. Ingat, dalam Al-Qur’an pun sudah disebutkan, bahwa Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum hingga kaum tersebut mengubah nasibnya sendiri. Artinya, walau mudah bagi Allah untuk mengubah nasib seseorang, orang tersebut dituntut untuk berusaha mengupayakannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar