Sabtu, 26 Mei 2018

Mus'ab Si Nomer Dua - Part 1

Siapakah Mus'ab?

Si nomer dua yang penurut.

Yang secara fisik dan otak sangat mirip denganku. Kemampuan berpikirnya sama persis denganku. Kecepatan mengatasi persoalan juga mirip. Aku berharap bisa mengasahnya lebih tajam jauh daripada aku.

Yang tas nya belum pernah ganti selama 6 tahun SD tanpa protes tanpa rendah diri. Meski warnanya pudar, dia mau terus memakainya sampai SMP. Tapi jelaslah aku tidak akan tega membiarkan dirinya menggunakan tas yang sama lagi. Karena warnanya jelas sangat memprihatinkan.

Yang liar analisisnya masalah gadget baik secara software maupun hardware. Beri dia waktu, maka jawabannya bisa ditemukan. InsyaAllah. Hobi menonton film yang juga sama denganku. Dengan genre yang berbeda tentunya, karena dia laki-laki dan aku perempuan. Hobi gamesnya juga sama. Meski dia lebih lihai karena zaman kini berkembang, bukan sekedar Mario Bross dan Tetris.

Yang mengakui dengan lapang dada ketika aku memberikan penjelasan mengapa aku membatasinya menggunakan laptop dan hape. Meski kadang mencuri-curi waktu di toko untuk menggunakannya, tapi ketika aku menyuruhnya untuk selesai menggunakan, segera diletakkan.

Yang tidak akan melanggar aturan walau sedang marah atau sedih.

Yang selalu memegang prinsip kejujuran meski satu kelas semua bekerja sama dalam mencontek atau memperbaiki jawaban yang dikoreksi sehingga nilai mereka bagus-bagus. Satu-satunya dikelas yang tidak luluh diajak bekerja sama.

Yang pandai berdebat dan membolak-balik kata. Sehingga orang yang berbicara dengannya bisa diam seribu bahasa.

Yang bisa menyetorkan hafalan 5 juz sekali duduk dengan 9 kesalahan saja. Juga menyetorkan 120 hadits dalam satu pertemuan. Lulus dengan nilai bagus.

Yang selalu menduduki peringkat pertama, bila pesaingnya hanya menang dalam tahfidz saja. Akademis dikelasnya dia juara.

Yang senyumnya semanis madu. Matanya setajam elang dengan alis tebal yang indah. Kulitnya bersih.

Yang selera humornya tinggi.

Yang cinta baca buku, utamanya komik islam dan novel karya Tere Liye.

Yang selalu rajin sholat lima waktu di masjid, meski hujan.

Yang dicintai teman-temannya di sekolah dan di masjid.

Yang tidak terpengaruh lingkungan, meski banyak temannya suka bermain game yang terkenal, dia tidak pernah memainkannya. Banyak temannya yang menggunakan hape, meski sangat ingin tapi tidak memaksa-maksa minta hape.

Yang paling suka chicken cordon bleu dan mie goreng.

Yang mapan dengan urusan-urusannya sendiri. PR, ulangan, dan lain-lain selama bisa tidak pernah minta bantuan. Selalu dikerjakan sendiri. Kecuali ketrampilan yang dia tidak bisa, baru minta tolong.

Yang ringan tangan membantu temannya.

Yang cita-citanya ingin menjadi ahli IT dan mau kuliah di Turki.

Yang hari ini sukses membuatku baper luar biasa dengan keterbukaannya. Menuliskan hal-hal yang tidak disukai dirinya tentang mamah.

"Mamah suka mengulangi hal padahal tau kalo itu membuat aku ga suka
Mamah tidak mau bercermin
Kalo aku marah mamah malah bercanda
Tidak mau mendengarkan merasa paling benar
Suka marah
Selera humor kurang
Suka menggoda
Tidak menyenangkan hati sebentar"

Jelas mamahnya baper. Ternyata itu yang membuatnya tidak suka. Padahal niatanku hanyalah untuk membuatnya tersenyum. Tapi niat baik kalo tidak diiringi dengan ilmu yang benar ya beginilah. Salah langkah.

Maafkan mamah ya, terima kasih atas keterbukaanmu. Meski kau tidak suka, tulisanmu kau akhiri dengan kalimat

"Apiknya mamah terlalu banyak selain yang diatas. Bolpennya buat mamah."

Duh, air mata ga sanggup berhenti mengalir dengan derasnya. Dada terasa penuh. Apalagi memang hati ini sudah tidak nyaman dari pagi. Mungkin hormon sesuatu sedang diproduksi, jadi baper sepanjang hari, eh  ketambahan surat dari Mus'ab.

Betapa uniknya dirimu, Nak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar