Jumat, 13 September 2019

Abbas dan Cerita Nabi

Abbas ini masyaAllah, hatinya perasa sekali. Lembut. Anaknya juga mudah dinasehati, dan tidak perlu nada tinggi untuk berbicara dengannya.

Abbas mulai asyik mendengar cerita nabi. Biasanya, saya cuma memberinya cerita fabel yang disisipi nasehat. Saya merasa cerita nabi dia belum paham. Tapi kemarin saya pancing dengan cerita nabi Musa, masyaAllah.. dia larut dalam perasaan marah dengan Raja Fir'aun. Waktu cerita dia ditenggelamkan, Abbas berkata dengan penuh emosi, "Rasakan! Salahnya sudah jadi orang jahat!"

Abbas juga memandang dengan mata berbinar-binar penuh kekaguman, waktu cerita Nabi Ibrahim yang dibakar tapi selamat. Komentar-komentarnya menunjukkan bahwa dia sudah mulai memahami isi cerita. Dan setelah selesai, saya pancing dengan pertanyaan pun dia bisa menjawab.

Nah malam ini, Abbas kembali menagih cerita nabi. Pilihan saya jatuh pada Nabi Yusuf. Setelah selesai bebersih diri, Abbas pun masuk ke kamar, naik ke tempat tidurnya dan siap mendengar cerita saya.

Penuh semangat saya menceritakan Nabi Yusuf kecil yang dibuang ke sumur. Komentarnya, "Ya Allah! Kakak-kakaknya kok nakal dan jahat banget!"

Saya melanjutkan cerita, sampai akhirnya Nabi Yusuf di penjara.

"Zulaikha menuduh Yusuf mengganggunya. Padahal Yusuf tidak mengganggu Zulaikha. Tapi akhirnya Yusuf malah di penjara. Kasihan ya? Lamaaa, sampai bertahun-tahun di penjara."

Tidak disangka-sangka, Abbas menangis keras dan sesenggukan!

"Huaaa... aku kasiaaan sama Nabi Yusuuf.. kok Zulaikha gitu ya? Duh rasanya pingin aku lempar ke sumur juga!"

Saya sendiri antara terharu, kok Abbas sampai terlarut dalam cerita hingga membuatnya menangis. Tapi saya juga menahan tawa karena komentarnya. Ya Allah, saya sampai tidak bisa melanjutkan cerita beberapa saat. Menahan tawa dulu.

Setelah tangis Abbas mereda, saya melanjutkan ceritanya. Abbas melepas nafas lega saat Nabi Yusuf di bebaskan. Tapi dia kembali menahan tangis saat saya ceritakan bahwa Nabi Ya'qub kangen sama Nabi Yusuf. Nabi Ya'qub menangis setiap hari sampai matanya buta.

"Ini semua gara-gara Kakak-kakaknya!" Kata Abbas penuh emosi marah.

Cerita saya lanjutkan sampai akhirnya Nabi Ya'qub kembali bisa melihat karena usapan baju Nabi Yusuf, lalu pindah rumah ke rumahnya Nabi Yusuf beserta kakak-kakaknya.

"Nabi Yusuf baik ya, walau kakak-kakaknya sudah nakal, tapi dia mau memaafkan. Zulaikha juga minta maaf, dan Nabi Yusuf juga memaafkan." Kata saya mengakhiri cerita.

"Iya, aku juga mau jadi anak baik. Tapi aku jangan di lempar ke sumur ya?" Katanya. Spontan saya tertawa lepas.

"Tidak mungkin, semua kakaknya Abbas tu sayaaang banget sama Abbas. Tidak ada yang mau melempar kamu kemana-mana." Jawab saya sambil memeluknya.

Setelah itu saya kira pembicaraan selesai. Saya menyuruhnya untuk tidur.

"Bentar, Mah. Abi-nya Nabi Yusuf waktu pindah kan bawa anaknya sebelas. Apa Nabi Yusuf punya tempat tidur banyak?" Tanyanya.

"Ya kan tinggal beli, Nabi Yusuf itu kerja jadi punya uang." jawab saya. Lah, kok jadi mikir tempat tidurnya ya. Tapi bener juga sih, yang pindah kan rombongan.

"Memang kamarnya cukup?" Tanyanya lagi. Saya tertawa lagi.

"Cukup, rumahnya Nabi Yusuf besaaar banget. Cukup buat semuanya." Jawab saya. Baru Abbas lega dan akhirnya mau tidur.

Ini pengalaman pertama saya, cerita nabi sampai anaknya nangis sesenggukan. MasyaAllah, dia menghayati ceritanya. Padahal saya kurang pandai bercerita. Rupanya Allah berkenan memberinya rizqi pemahaman.

Hal ini membuat saya lebih semangat lagi. Nabinya masih banyak, sahabat nabi juga banyak. Cerita dalam Al Qur'an juga banyak. Jadi ibu sama sekali tidak boleh mati gaya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar