Seri Kangen Mima - Jualan Di Bazar Sekolah

Mima itu enterpreneur dari kecil. Mungkin terbawa keluarga yang sederhana ya. Mima jarang sekali punya uang saku. Makanya, dia jualan macam-macam untuk menambah uang sakunya.

Yang saya ingat itu, dia jual stiker waktu SD. Stiker nama, bisa rekues warna dan hurufnya. Yang bikin katanya sih kakaknya yang paling besar. Harganya dihitung per huruf. Saya masih ingat betul.

Ketika SMP, kami berdua pernah ditunjuk oleh guru untuk menjaga stand bazar mewakili kelas. Nanti katanya kami akan dibantu oleh ibu-ibu komite. Ya, kami bahagia banget saat itu. Membayangkan berjualan saat acara bazar yang pasti akan laris manis. 

Kami mulai hunting makanan apa yang bisa dijual. Ibu komite juga. Tidak lama, kami mengumpulkan banyak sekali makanan. Salah satunya, adalah bubuk sagon titipan seorang teman. Rasanya enak sekali. Jaman sekarang saya belum pernah melihat ada yang jual bubuk sagon ini.

Ketika barang datang, Mima mencatatnya dalam sebuah buku. Ibu-ibu heboh menata standnya. Saya membantu apa saja yang bisa saya bantu. Makanan kami tata cantik diatas meja dan tak lama, acara bazar pun dimulai. 

Benar ternyata, makanan kami laris manis. 

Oiya, ketika mencatat tadi, kami melebihkan harganya sebesar Rp 50,-. Nanti keuntungan itu akan kami bagi dua. Dan tidak disangka, ibu-ibu menaikkan harganya sebesar seratus rupiah. Agak mahal sih jadinya, tapi laris dan habis semua.

Ketika ibu-ibu sibuk membersihkan stand, saya dan Mima mencatat uang penghasilan bazar dan membaginya untuk siapa saja yang tadi menyetor makanan. Dan tentunya kami memisahkan lima puluh rupiah kami juga. Kami sembunyikan dalam tas.

Dan sisa uang, saya kira akan diambil ibu-ibu semua, yaitu keuntungan yang 100 rupiah. Kami menyerahkan semua sisanya. Tak disangka, dari 100 itu, kami diberi 50 rupiahnya. Katanya ongkos lelah sudah bantu-bantu. 

Bisa dibayangkan betapa banyaknya uang kami saat itu. Wuih.. pesta!! Apa sih yang kami beli kalau punya uang banyak selain buku?? Paling beli makanan dikit, sisanya buku. 

Saya tidak mikir dosa apa ya saat itu. Sebenarnya boleh atau tidak ya? Kan saya tidak tahu kalau mau digaji hehehe. Tapi seru banget saat itu. Senyum di wajah kami seperti tidak hilang berhari-hari. Berasa anak Sultan beneran 😂