Air mata rindu bercampur khawatir mengalir deras tak terkendali. Terbayang sosok gagahnya di depan mata. Lengkap dengan model rambut dan kaca mata penunjang penampilan terbaiknya.
Doa-doa terbaik mengalir, mengingat di pondok dia sedang ujian akhir semester, kenaikan kelas. Semoga Allah memberi kemudahan dalam mengerjakan, sehingga Mus'ab mendapat nilai yang bisa membuatnya bahagia dan sukses kelak. Amin Ya Rabb.
Mus'ab anakku yang sangat aku percaya, atas prestasi kejujurannya. Akhir-akhir ini kepercayaan itu mulai memudar, seiring handphone yang kau miliki. Beberapa hal terjadi, yang membuat Mamahmu ini harus lebih mawas diri dan waspada.
Bahkan ketika kasus besar terjadi, kekhawatiran Mamah terhadap dirimu bertambah. Asal kau tau, Nak, rasa ini timbul karena rasa cinta Mamah yang berlebihan padamu. Tidak ada alat yang mampu mengukur kadar cinta Mamah padamu. Dan kalau boleh jujur, Mamah lebih cinta sama kau dibandingkan ke Abi. Semoga kau bisa merasakan rasa ini, Mus. Karena Mamah sungguh tidak terlalu pintar menyampaikan rasa.
Mamah memilih tempat yang menurut Mamah adalah tempat terbaik untuk menunjang pendidikanmu. Namun ternyata qadarullah ada covid sehingga keadaan memburuk. Kau terpengaruh beberapa hal buruk yang membuat Mamahmu ini sedih.
Namun Mamah yakin, kau akan berubah menjadi orang yang jauh lebih baik lagi kedepannya. Itu doa dan keyakinan Mamah. Namun izinkan Mamah juga akan berusaha, berikhtiar semaksimal mungkin dengan beberapa upaya yang telah Mamah pelajari. Semoga ikhtiar ini diridhoi Allah sehingga bisa membawa perubahan dan keberkahan pada dirimu.
Mus'ab anak yang sangat Mamah banggakan. Mus'ab anak yang sangat Mamah cintai. Mus'ab anak yang sangat spesial di hati Mamah.
Mamah ingin percaya sepenuhnya kepada dirimu seperti dulu. Ya Allah, izinkan rasa itu tumbuh kembali..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar