Jumat, 29 Juli 2011

Proyek Jajanan Sehat Berkualitas Anak Sekolah

Menjaga kesehatan anak, dirasa oleh orang tua adalah hal yang sulit. Dimulai dari menjaga kebersihan mereka, kebersihan lingkungan mereka, menjaga mereka dari angin misalnya, dan menjaga makanan yang masuk kedalam perut mereka. Orang tua menyadari, selain sehat itu mahal, sehat menjadikan anak lebih mudah dalam menerima pelajaran, lebih riang dalam bermain, dan lain sebagainya. Pokoknya lebih enak sehatlah...

Orang tua yang memikirkan kesehatan anak-anaknya, biasanya melakukan dua hal dalam menyediakan makanan dirumah. Kita memasaknya sendiri, dengan kualitas bahan yang benar-benar kita perhatikan kehalalannya, kebaikannya, dan kebersihannya. Ataupun harus membeli atau jajan, kita pun memilih dengan ketat. Siapa penjualnya, apa makanannya, kehalalannya, kebersihannya, rasanya, pokoknya dengan syarat-syarat yang akhirnya kita bisa enjoy menikmati makanan tersebut, baik untuk diri kita maupun anak-anak.

Dengan segala tetek bengeknya kita menjaga, ternyata masih terlewat juga. Di sekolah yang programnya memberi snack pada anak, diberikan snack yang sangat tidak baik untuk anak. Saya tidak tahu di sekolah lain, tetapi sekolah anak saya dan sekolah-sekolah disekitar rumah saya menerapkan sistem yang sama.

Bila sekolah mengatur bahwa pemberian snack digilir oleh masing-masing orang tua, maka sekolah tidak menyortir apapun pemberian itu. Dengan asumsi, bahwa anak dari orang tua tersebut ikut memakannya, maka sekolah yakin bahwa snack itu aman. Padahal belum tentu, kan? Bila pihak sekolah yang mengatur snack apa yang diberikan pada anak-anak, saya berpikir mungkin akan lebih baik. Ternyata sama saja! Guru juga tidak terlalu memperhatikan masalah jajanan anak yang sehat dan berkualitas.

Dengan biaya yang sama, seumpama di sekolah anak saya satu anak Rp.1000,-/hari, dibuat dua snack yang tidak sehat. Padahal bila dibuat satu snack saja yang sehat, dengan bahan berkualitas pun bisa. Tidak. mereka memilih untuk menjadikannya dua snack, pokoknya anak senang karena terlihat banyak.

Saya pernah mencoba bertanya di warung, berapa harga sebuah donat dengan ukuran yang menurut saya besar. Kata penjualnya, harganya lima ratus. Saya kaget sekali. Melihat respon saya yang kaget, dia mengira harga lima ratus itu kemahalan. Dia menambahkan bahwa harga kulak dari pembuatnya empat ratus rupiah. Saya lebih kaget lagi. Berarti harga modalnya 200-300an rupiah per donatnya.

Lalu saya membuka buku resep dan membuat donat dengan ukuran yang kira-kira sama dengan yang saya lihat di warung tadi. Saya kalkulasi, per donatnya kena Rp.500,-. Padahal saya membuatnya bukan standar donat untuk dunkin donat, pokoknya terasa enak begitu saja. Artinya bahan yang saya pakai bukan bahan-bahan istimewa, tetapi berkualitas. Lalu saya jadi berpikir, donat yang di warung tadi membuatnya dengan bahan apa?

Itu baru donat. Belum makanan jajanan yang ratusan jenisnya. Seseorang berkata pada saya, kalau saya ini terlalu memikirkan sesuatu. Bukankan Allah telah memerintahkan kita untuk berpikir, dalam ayatnya "tanda-tanda bagi orang yang mau berpikir."

Dari segi kesehatan, makanan yang tidak berkualitas akan menimbulkan penyakit. Mungkin penyakit yang tidak langsung terlihat, misalnya sakit batuk setelah makan chiki, atau sakit perut setelah makan makanan kotor, atau juga pilek setelah minum es. Tapi penimbunan penyakit yang akhirnya 'meletus' bila anak telah dewasa itulah yang harus lebih dikhawatirkan. Sudah banyak dibahas dampak buruk MSG yang selalu ada dalam tiap jajanan anak kemasan.

Dari segi kehalalannya, makanan yang tidak menggunakan bahan halal, bisa dikategorikan barang haram atau minimal syubhat (meragukan). Satu potong kecil makanan haram yang masuk kedalam tubuh kita, akan membuat doa kita tidak diterima Allah selama empat puluh hari. Itu baru sepotong. Bayangkan bila sebungkus. Dan bayangkan pula bila itu dimakan setiap hari. Berapa lama doa kita tidak didengar oleh Allah. Jangan sampai kita dicabut nyawanya dalam keadaan doa kita sedang tidak didengar oleh Allah.

Untuk anak-anak, mengkonsumsi makanan yang tidak halal pun akan mempengaruhi pertumbuhan mereka. Akhlak mereka, aqidah mereka, dan kecerdasan mereka. Barang haram tidak mungkin menimbulkan kebaikan, sebab yang mengharamkan adalah Allah. Allah tidak akan menambah kebaikan bagi orang yang didalam tubuhnya masih ada barang haram.

Sekarang ini banyak sekali jajanan yang menurut saya, sangat mengerikan. Setiap sore, pedagang bersepeda berkeliling dari kampung ke kampung menjual makanan kecil yang menarik untuk anak-anak. Ceplok puyuh, mi goreng, bakso bakar, jagung manis, tempura, jelly, dan lain sebagainya yang jenisnya banyak sekali. Bahkan di alun-alun selatan, Solo, pada sore hari menjadi sebuah arena jajanan dari ujung sampai ujung.

Walaupun saya berteriak lantang sekali, lagi-lagi peran pemerintah dalam menyortir jajanan di masyarakat sangat diperlukan. Semestinya ada izin khusus bagi para pedagang yang ingin berjualan makanan. Seleksi yang ketat masalah kualitas dan kebersihan, akan membuat rakyat menjadi sehat dan tumbuh menjadi manusia yang berkualitas pula. *Sebuah harapan....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar