Senin, 25 Juli 2011

Ja’far bin Abi Thalib

Ja'far bin Abi Thalib

 
Raja Negus dari Ethiopia
Ja'far adalah sepupu Nabi Muhammad. Sejak kecil mereka selalu bermain bersama-sama. Karena masih ada hubungan keluarga yang dekat, wajah mereka pun terlihat mirip. Bahkan diantara saudara-saudaranya, wajah Ja'farlah yang paling mirip dengan Nabi Muhammad. Bahkan tingkah laku dan perangainya pun juga mirip Nabi Muhammad.
Ja'far dan istrinya termasuk orang-orang yang pertama kali beriman kepada Nabi Muhammad. Bersama-sama mereka datang pada Nabi Muhammad untuk memeluk agama Islam dengan penuh keyakinan.
Cobaan demi cobaan terus dihadapi kaum Muslimin di Mekkah. Mereka terus menerima gangguan dari kafir Quraisy. Akhirnya Nabi Muhammad memerintahkan umat Islam untuk berhijrah. Nabi Muhammad memilih Habsyi atau Ethiopia sebagai Negara tujuan hijrah, karena rajanya, Negus, terkenal baik dan bijaksana. Tanpa pikir panjang, Ja'far dan istrinya juga mengikuti hijrah ke Ethiopia.
Hijrahnya umat Islam ini membuat kafir Quraisy semakin marah. Mereka takut kalau di tempat yang baru ini umat Islam semakin kuat dan berkembang. Kafir Quraisy pun akhirnya mengirimkan dua utusan untuk bertemu dengan Raja Negus dengan harapan agar Raja mau mengusir umat Islam. Utusan yang ditunjuk adalah Amr bin 'ash dan Abdullah bin Abi Rabi'ah. Saat itu keduanya belum memeluk Islam.
Kaum kafir Quraisy juga mengenal Raja Negus adalah orang yang sangat kuat imannya terhadap agama yang dianutnya, yaitu Nasrani. Nama baiknya telah menyebar kemana-mana sebagai raja yang adil. Karena itulah keduanya membawa hadiah-hadiah yang banyak yang akan diberikan pada para pendeta, agar mendukung mereka saat bertemu Raja Negus.
Para pendeta menerima hadiah-hadiah itu dengan senang hati. Mereka mengantarkan kedua utusan Quraisy itu menemui Raja Negus. Mereka juga memberi hadiah yang banyak kepada Raja Negus. Akhirnya ditetapkan suatu hari kaum Muslimin akan bertemu dengan utusan Quraisy dihadapan Raja Negus.
Pembicaraan dimulai dengan utusanQuraisy yang menjelek-jelekkan agama Islam.
"Baginda Raja yang mulia, orang-orang yang bodoh telah memasuki negeri Paduka. Mereka meninggalkan ajaran nenek moyang mereka, dan tidak pula memasuki agama paduka. Mereka membuat agama baru, yang tidak pernah kami kenal, dan tidak juga oleh paduka. Sungguh kami telah diutus oleh orang-orang mulia dan terpandang diantara bangsa, bapak-bapak mereka, dan keluarga mereka, agar paduka mengembalikan orang-orang ini pada kaumnya."
Raja Negus yang bijaksana tidak langsung menerima usulan utusan Quraisy. Tetapi memilih untuk menerima penjelasan dari kaum Muslimin, agar dirinya mengetahui secara jelas mana yang benar dan mana yang salah.
"Agama apa yang menyebabkan kalian meninggalkan ajaran nenek moyang kalian, dan tidak memeluk agama kami?" Tanya Raja Negus.
Ja'far pun berdiri, dan memandang Raja Negus dengan penuh ketenangan.
"Wahai Paduka yang mulia, dahulu kami memang orang yang sangat bodoh. Kami menyembah berhala, memakan bangkai, melakukan perbuatan keji, memutuskan silaturahmi, menyakiti tetangga. Yang kuat menyiksa yang lemah. Hingga datanglah waktu Allah mengirimkan Rosul-Nya kepada kami dari golongan kami sendiri. Kami mengenal asal-usulnya, kejujurannya, dan kemuliaan jiwanya. Ia mengajak kami untuk menyembah Allah yang Satu, dan agar membuang apa yang dulu pernah kami sembah berupa batu dan berhala.
Beliau menyuruh kami untuk berbicara yang benar, menunaikan amanah, menghubungkan silaturahmi, berbuat baik kepada tetangga, dan menahan diri untuk tidak menumpahkan darah serta semua yang dilarang oleh Allah.
Kami dilarang berbuat keji dan zina, berbohong, memakan harta anak yatim, dan menuduh jahat pada wanita baik-baik. Lalu kami benarkan dan kami ikuti ajarannya. Kami mengharamkan apa yang diharamkan oleh Allah dan menghalalkan apa yang dihalalkan oleh Allah.
Kaum Quraisy memusuhi dan menggoda kami agar kami kembali menyembah berhala dan berbuat jahat lagi. Maka, ketika mereka menyiksa kami dan menghalang-halangi kami untuk beribadah, kami keluar hijrah dari negeri kami ke negeri paduka, dengan harapan kami mendapat perlindungan dan terhindar dari siksaan mereka."
Ja'far mengucapkannya dengan tegas, namun lembut. Kata-katanya membuat Raja Negus menjadi terharu.
"Apakah anda membawa wahyu yang diturunkan pada Rosulmu?" Tanya Raja Negus.
"Ada." Jawab Ja'far.
"Cobalah bacakan untukku." Kata Raja Negus.
Ja'far pun membaca bagian dari surat Maryam dengan irama yang bagus dan penuh kekhusyu'an. Mendengar Ja'far membaca, Raja Negus dan para pendeta pun menangis tersedu-sedu. Hingga Ja'far berhenti membaca, Raja Negus berpaling pada kedua utusan Quraisy.
"Apa yang dibaca tadi dan apa yang dibawa oleh Nabi Isa Alaihissalam berasal dari sumber yang sama. Silahkan kalian pergi! Demi Allah saya tidak akan menyerahkan mereka pada kalian!"
Selesailah pertemuan itu. Raja Negus telah memihak kaum muslimin. Tapi Amr bin 'Ash masih belum puas. Ia masih ingin berupaya menjelek-jelekkan kaum muslimin di hadapan Raja Negus, sehingga Raja Negus mengusir mereka. Dan kafir Quraisy bisa menyiksa kaum muslimin lagi. Amr mendapat ide yang menurutnya bagus.
Keesokan harinya, Amr menghadap Raja Negus dan berkata,
"Wahai Paduka, orang-orang Islam telah berkata yang keji dan merendahkan kedudukan Isa." Kata Amr. Mendengar kata-kata Amr, para pendeta menjadi marah. Raja Negus yang bijaksana tidak langsung mempercayainya, tetapi ingin mendengar sendiri apa kata kaum muslimin tentang Isa. Raja Negus kembali memanggil mereka.
Ja'far kembali berdiri dan menjawab pertanyaan Raja Negus.
"wahai Ja'far, Bagaimana pandangan Islam terhadap Isa?" Tanya Raja Negus. Dengan tenang Ja'far menjawab.
"Kami akan mengatakan tentang Isa Alaihissalam sesuai keterangan Nabi Muhammad dengan sabdanya 'Ia (Nabi Isa) adalah seorang hamba Allah dan Rosul-Nya serta kalimah-Nya yang ditiupkan-Nya kepada Maryam dan ruh dari-Nya'"
Raja Negus bertepuk tangan, tanda setuju.
"Ya! Memang begitulah yang dikatakan Isa tentang dirinya. Wahai orang-orang Islam, silahkan kalian tinggal bebas di negeriku. Dan siapa yang berani mencela dan menyakiti kalian, orang itu akan mendapat hukuman yang setimpal dengan perbuatannya!"
Lalu Raja Negus berpaling pada para pendetanya.
"Kembalikan hadiah-hadiahnya pada kedua orang Quraisy ini! Sungguh aku tidak membutuhkannya! Demi Allah, Allah tidak pernah mengambil uang suap dari diriku sewaktu Allah member tahta kerajaan ini padaku, karena itu aku juga tidak akan menerimanya dalam hal ini!"
Kedua utusan Quraisy pun meninggalkan ruangan itu dengan perasaan hina dan malu. Mereka segera pulang ke Mekkah. Sementara itu orang-orang Islam dibawah pimpinan Ja'far, kembali ke rumah-rumah mereka dengan perasaan damai dan bahagia.

 
Kembali bersama Nabi Muhammad
Ja'far dan para sahabatnya di Ethiopia ingin segera bergabung dengan Nabi Muhammad dan para sahabat lainnya di Madinah. Karena itulah mereka segera meninggalkan Ethiopia dan bersegera menuju Madinah.
Pada saat mereka tiba di Madinah, Nabi Muhammad dan para sahabatnya sedang bergembira atas kemenangan mereka pada perang Khaibar. Nabi Muhammad lebih bergembira lagi ketika melihat Ja'far dan para sahabatnya kembali dari Ethiopia.
Nabi Muhammad segera memeluk Ja'far dengan sukacita, seraya bersabda,
"Aku tidak tahu mana yang lebih membuatku gembira, apakah kemenangan di Khaibar atau kembalinya Ja'far!"
Ja'far menahan rasa haru yang luar biasa, ketika mendengar cerita-cerita Nabi Muhammad semasa dirinya di Ethiopia. Beberapa kali peperangan yang terjadi membuat para sahabat yang dulu dikenalnya menjadi syahid. Mereka telah menjadi pahlawan dan telah dijanjikan surga untuk mereka. Ja'far merindukan surga sebagaimana para sahabat yang telah mendahuluinya.
Nabi Muhammad member tahu kaum muslimin untuk bersiap-siap berangkat Perang Muktah. Perang ini melawan tentara Kerajaan Romawi yang besar dan kuat. Mereka memiliki pengalaman berperang yang handal, didukung persenjataan yang lengkap dan banyak. Jumlah tentara Romawi sangat banyak, dan belum pernah umat Islam berperang melawan sepasukan tentara sebanyak itu sebelumnya.
Ja'far yang sudah sangat merindukan syahid segera bergabung. Ja'far pun ditunjuk oleh Nabi Muhammad sebagai panglima perang bersama Zaid bin Haritsah dan Abdullah bin Rawahah. Mereka dan kaum muslimin lainnya akan melawan 200.000 tentara Romawi. Tetapi tak sedikitpun mereka takut menghadapinya.
Pertama, bendera perang dibawa oleh Zaid bin haritsah. Zaid terus berperang dengan sengitnya, hingga Zaid gugur. Bendera perang segera diambil alih oleh Ja'far.
Ja'far berperang dengan semangat yang membara. Ja'far membunuh begitu banyak tentara Romawi. Karena itulah tentara Romawi merasa harus membunuh Ja'far. Mereka mengelilingi Ja'far dan mengepungnya. Meskipun dikepung, Ja'far terus menyerang seakan-akan Ja'far adalah sepasukan tentara.
Tentara Romawi semakin memperbanyak pasukannya untuk mengepung Ja'far. Mereka berhasil menebas tangan kanan Ja'far. Ja'far segera merebut bendera dengan tangan kirinya. Tentara Romawi pun menebas tangan kirinya. Ja'far masih berusaha memeluk bendera dengan pangkal lengan dan dadanya. Hingga akhirnya Ja'far gugur dalam perang itu, dan bendera perang diambil oleh Abdullah bin Rawahah, yang pada akhirnya akan gugur juga.
Allah memberi tahu keadaan perang ini pada Nabi Muhammad. Allah juga member tahu keadaan Ja'far. Nabi Muhammad menangis sedih mendengarnya. Beliau segera pergi ke rumah Ja'far dan memeluk anak-anaknya.
Nabi Muhammad kembali ke majlis bersama para sahabatnya. Beliau bersabda,
"Aku telah melihatnya (Ja'far) di surga, kedua bahunya yang penuh bekas luka dan darah dihiasi dengan tanda-tanda kehormatan!"
Nabi Muhammad juga member Ja'far dengan gelar Si Bersayap Dua di Surga…..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar