Kamis, 26 Juni 2014

Rihlah

Ah.. rasa-rasanya hati ini terbakar oleh rasa iri yang berlebihan bila melihat sebuah keluarga yang melakukan rihlah bersama.

Kalau saja nasehat lapang dada itu belum saya dapatkan, mungkin saya akan menangis sejadi-jadinya. Tapi sungguh lapang dada ini membuat segalanya lebih indah.

Padahal, hampir tiap minggu saya melihat sekeliling saya pergi kesana-sini. Ada banyak lokasi wisata yang sangat seru, katanya. Memetik strawberry, memerah sapi, taman hiburan, hingga jalan ke berbagai daerah lain yang tak terjamah dalam pikiran saya sekalipun.

Memang, yang memegang peranan penting disini adalah suami. Sudah menjadi takdir bagi saya punya suami yang tidak suka jalan-jalan, bahkan sekedar makan di resto pun susah. Mungkin karena uang kami yang memang terbatas yah.. saya memang harus banyak maklum.

Saya cukup senang kok mendengar cerita-cerita mereka. Melihat foto-foto mereka. Atau menikmati oleh-olehnya, kalau ada. Atau mungkin semua itu tidak ada, karena mereka.menyembunyikannya. Mereka hendak menjaga perasaan saya, dan saya cukup memahami.

Untuk meminta pemahaman dari yang lain pun susah juga. Anak-anak diberi impian-impian yang saya sendiri tidak bisa membayangkan. Diberi bayangan tentang liburan yang saya sendiri tidak sanggup membayangkan. Masa anak-anak diberi bayangan liburan ke Bali? Lombok? membayangkan saja tidak sanggup saya. Biaya perjalanan saja tidak akan terbayar. Apalagi biaya hotel dan wisatanya.

Anak-anak jadi bertanya-tanya. Mengapa mereka melakukan dan hanya kita yang tidak? Ini yang membuat keteguhan hati saya kadang goyah. Mereka tumbuh apa adanya di lingkungan berada. Banyak pertanyaan dalam benak mereka senada dengan itu. Bahkan ada yang makan di Mc Donald saja membuat mereka terpesona. Padahal saya pernah mengajak mereka walau tidak sering.

Tapi saya berusaha menanamkan apa itu qonaah, apa itu sabar, apa itu lapang dada. Meski saya menilai itu belum cukup berhasil, saya masih terus akan memprosesnya. Berat, menimbulkan gejolak emosi saya juga anak-anak. Lagi-lagi kesabaran diuji.

Apakah salah kalau saya sendiri kadang terbersit keinginan untuk rihlah? Saya kira wajar. Hanya saja berat karena saya harus mematikan semua rasa 'ingin' saya. Termasuk urusan rihlah ini.

Rihlah saya adalah ketika melihat anak-anak di LQ AL-IKHLASH datang ke masjid, berebut salam dengan saya. Mereka melingkar, mengaji. Kadang berlari-lari.

Rihlah saya adalah ketika menemukan artikel baru dari facebook, atau bacaan bagus lainnya.

Rihlah saya adalah... yaa hal-hal kecil lainnya yang membuat saya sedikit menyunggingkan senyum. Semoga Allah Ta'ala memberikan rihlah yang lebih baik seperti saat tahun 2011 saya pergi umroh. Amiiiin....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar