Biar Tahu Rasanya Susah?
Sampeyan kali yang tidak tahu rasanya susah.
Katanya masyarakat Indonesia itu konsumtif. Masyarakat yang mana dulu dong? Jangan sama ratakan. Jelas beda yang konsumtif yang kalau mau minum kopi ke mall dulu, kalau beli baju kudu merk anu, sepatunya ada beberapa pasang. Kenaikan harga yang luar biasa ini hanya akan berpengaruh pada kesenangan mereka yang berkurang. Berkurang ya, bukan hilang sama sekali.
Kalau mau tahu, kalau mau saja lo ya.. Tidak ada pemaksaan untuk membuka nurani. Mari sedikit menunduk, melihat kebawah yang rumahnya tidak akan nampak oleh tingginya pagar rumah kalian. Itupun bukan rumah mereka, hanya mengontrak. Dengan ketegangan dikepala mereka setiap kali datang waktu membayar.
Ah, mereka hanya malas. Usaha mereka kurang.
Malas katamu? Mereka bangun lebih pagi dari kamu. Saat kamu masih meringkuk di springbed dan bedcover dalam kamar ber-ac, mereka sudah rapi berangkat bekerja. Ada yang memulung sampah, ada yang ke pasar, ada yang mulai mencuci setumpuk pakaian karena dia buruh cuci baju.
Disaat kamu baru mulai bekerja, mereka tetap meneruskan pekerjaan. Disaat kamu selesai, mereka belum menyelesaikannya hingga malam, saat kamu sudah meringkuk kembali.
Mereka yang bekerja keras itu berpenghasilan kecil. Tidak ada istilah konsumtif buat mereka. Sekedar bisa makan saja sudah bahagia. Pakaian pun pemberian orang lain yang sudah agak kumal. Tidak memperhatikan merk apa yang bertengger, yang penting bisa berbusana.
Anak-anak bersekolah di sekolah negri yang gratis. Bukan disekolah IT yang bulanannya sama dg penghasilan mereka.
Kalian tidak tahu bagaimana rasanya mereka ketika sakit? Mereka tidak.memikirkan rasanya, tapi biaya pengobatannya. Sakit hatinya lebih dari sakit badannya saat mengalami perbedaan perlakuan karena penampilannya.
Kalian tidak tahu rasanya bila penghasilan mereka lebih sedikit dari.biasanya? Hati mereka berdegup kencang. Memeras otak agar uang ini cukup untuk makan hari ini.
Jangan-jangan, kalian tidak kenal dengan komunitas mereka? Makanya kalian merasa kenaikan harga beras ini wajar. Padahal mereka ada yang mengurangi jatah makannya agar bisa bertahan. Bekerja lebih keras, makan lebih sedikit. Sambil terus berdoa dan pasrah pada Allah Sang Maha Pemberi rizki.
Ini bukan cerita fiksi. Ini realita yang terjadi. Kalian yang berkuasa mengatur keuangan negara, apabila menyalah gunakan uang rakyat kecil untuk perut kalian, tunggulah peluh-peluh ini menjadi saksi yang akan memperberat hisabmu kelak dihari perhitungan!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar