Senin, 04 Januari 2016

Bagaimana Cara Memisahkan Tempat Tidur Anak?

QUESTION
Assalamu’alaikumAbah, bagaimana kiat-kiat membiasakan kepada anak agar mereka berani tidur sendiri? Anak saya usia 9 th wanita dan 7 th laki2. Sebenarnya sekarang ini mereka sudah memiliki kamar masing2.Tapi berhubung ketika usia balita belum ada kamarnya,  akibatnya kebiasaan itu berlanjut hingga sekarang.

Yang sudah saya lakukan sementara ini adalah membiarkan mereka hingga tertidur untuk kemudian digotong ke kamar masing-masing. Saya pun sudah berusaha bicara kepada anak-anak, bahwa jika umur sudah mendekati baligh maka kamar harus terpisah.Tapi masih belum berhasil.
Bagaimana cara merubah kebiasaan ini? Terima kasih atas jawabannya Abah, semoga Abah sekeluarga senantiasa dalam perlindungan Alloh SWT.

ANSWER
1. Memisahkan tempat tidur anak dari orangtua adalah WAJIB. Rasulullah saw . bersabda:
“Suruhlah anak-anakmu sahalat ketika mereka berumur tujuh tahun, dan pukullah mereka (jika tidak mau shalat) ketika mereka berumur sepuluh tahun; dan pisahkanlan tempat tidur mereka “ (HR. Abu dawud)
Pada umur tertentu anak-anak telah mempunyai kesanggupan untuk menyadari perbedaan kelamin. Hal ini umumnya dicapai oleh anak-anak yang telah berumur 10 tahun. Umur inilah yang disebut sinnut tamyiz.
Perintah Rasulullah saw. untuk melakukan pemisahan tempat tidur ini secara praktis membangkitkan kesadaran pada anak-anak tentang status perbedaan kelamin. Cara semacam ini disamping memelihara nilai akhlaq sekaligus mendidik anak mengetahui batas pergaulan antara laki-laki dan perempuan.

2. ‘ Mencegah kerusakan harus didahulukan dari pada mendapatkan keuntungan ‘. Keuntungan membiarkan anak laki-laki dan perempuan sekamar tidur tidak ada. Tetapi kerugiannya jelas besar. Yaitu kemungkinannya terjadi pelanggaran keasusilaan secara Islam.
Dengan demikian hukum memisahkan tempat tidur anak laki-laki dan perempuan adalah wajib.

Karena jika dua orang berlainan jenis bersentuhan dalam suasana sepi dan tak ada orang lain yang mengawasinya , maka akan timbul rangsangan birahi.
Dalam kenyataan sering terjadi perzinahan antara saudara kandung karena mereka sekamar tidur. Pada saat-saat puncak dorongan seksual tinggi, sulit kendali akhlaq dan iman yang bersangkutan untuk mencegah terjadinya pelanggaran.
Banyaknya kejadian ditengah masyarakat mengenai kasus perzinaan saudara sekandung cukup menjadi pelajaran bagi orang tua untuk menyadari pentingnya menaati ketentuan agama. Sudah pasti kejadian seperti itu tidak dapat diatasi dengan cara apapun, yang ada hanya penyesalan dan kerugian pada anak putri untuk selama hidupnya.

Dengan pemisahan tempat tidur, mereka dapat menyadari perbedaan jenis kelamin dan batasan-batasan dengan lawan jenis serta mampu menerapkannya dalam pergaulan. Sehingga dapat mencegah pula  hal-hal yang tidak diinginkan dalam pergaulan dengan lawan jenis.

3. Untuk mencegah kejadian semacam itulah orang tua tidak seharusnya menunda-nunda pelaksanaan pemisahan tempat tidur antara putra-putrinya ketika batas umur mereka mencapai 10 tahun. Ingat, 10 tahun itu batas akhir, bukan ‘dimulainya’.

Sebenarnya PROGRAM PEMISAHAN TEMPAT TIDUR ANAK, itu bisa dimulai saat anak usia 3 tahun. Bahkan orang Barat memisahkan tempat tidur anak sejak bayi dengan orangtuanya. Sedangkan sebagian orang ASIA umumnya memisahkan tempat tidur dengan anaknya mulai dari Balita.
Saya sering ditanya, apakah harus sejak bayi atau nanti saja setelah agak besar? Pendapat saya pribadi, masing-masing tentu ada kelebihan dan kekurangannya. Jika sejak bayi, anak cepat mandiri, tetapi memisahkan sampai cukup waktu adalah juga baik untuk menciptakan kelekatan emosional (bonding) lebih baik antara orangtua dan anak. Jika kita amati, memang masalah kelekatan orang-orang ASIA memang bisa lebih baik dibandingkan dengan orang-orang Barat pada umumnya. (Silahkan baca arsip artikel kami tentang THE POWER OF BONDING).

Karena itu saya memulai program pemisahan tempat tidur mulai 3 tahun dan insya Allah dalam 1 tahun anak sudah benar-benar terpisah tempat tidurnya dengan orangtuanya.

4. Laksanakan secara bertahap. Memisahkan tempat tidur anak yang biasanya tidur dengan orangtuanya tentu tidak bisa instan. Anak yang tak mau terpisah tidur dengan orangtuanya sebenarnya bukan masalah fisik tapi lebih pada masalah kenyamanan mentalnya, jadi anak-anak memerlukan transisi yang bertahap

–       4 bulan pertama: Anak masih tidur dengan orangtua tapi terpisah tempat tidur (harus ada jarak)
–       4 bulan kedua: Anak terpisah kamar dan tidur di kamarnya sendiri tapi dengan ditemani orangtua menjelang tidur dan saat anak tidur orangtua kembali ke kamarnya sendiri, ini untuk membiasakan bahwa tanpa orangtua pun tidur sendiri juga nyaman-nyaman saja
–       4 bulan ketiga: Anak mulai dibiasakan saat ngantuk masuk ke kamarnya sendiri tanpa harus menemani anak sampai dia tertidur, tapi orangtua masih boleh jika menemaninya sebentar di kamarnya sendiri untuk ngobrol sebentar, bercerita, mendongeng untuk menjalin kehangatan dengan anak

5. Yang dibutuhkan untuk memisahkan tempat tidur orangtua dan anak hanyalah: TEGA, TEGA DAN TEGA. Bahasa halusnya: TEGAS, TEGAS DAN TEGAS. Bahasa kerennya: KONSISTEN, KONSISTEN DAN KONSISTEN. Buat dulu kesepakatan dengan anak tentang  program pemisahan tempat tidur tadi, lalu LAKSANAKAN!

Apapun yang terjadi. Memang orangtua akan diuji dan mendapat tantangan dari anak: misalnya anak merengek, tak bisa tidur, atau menangis tengah malah saat menjalankan tahapan 4 bulan kedua. Jika anak ternyata tiba-tiba sudah ada di samping kita, gotong lagi anak ini. 10 x pindah ke tempat tidur kita, 10x kita gotong. Insya Allah suatu saat ia akan capek sendiri! Bahkan ada sebagian orangtua sampai puluhan kali menggotong. Tapi insya Allah jika orangtua terus istiqomah, ini tidak akan berlangsung lama, dalam 30 hari bahkan anak tidak harus digotong lagi.

Tidur adalah kebutuhan semua manusia, termasuk apatah lagi, anak-anak kita. Jadi, insya Allah nangis, rewel, hanya sebentar, jika ia sudah lelah, maka ia akan ngantuk sendiri dan insya Allah akan tidur dengan sendirinya.

6. Buat program poin reward, misalnya:
–       Jika dalam 7 hari ini berturut-turut (ingat bukan sepotong-sepotong) bisa tidak tidur di dekat orangtua: mendapatkan tas baru
–       Jika dalam 15 hari berturut-turut: mendapatkan sepatu baru
–       Jika dalam 30 hari berturut-turut: mendapatkan sepeda
Program poin reward atau yang sejeni ini adalah program-program tantangan untuk anak. Insya allah hampir semua anak sebenarnya sendang tantangan. Fungsinya bisa berperan untuk penguat anak dalam ‘jeda’ waktu atau ‘transisi’ sebelum benar-benar terpisah tempat tidurnya, agak anak merasakan ‘oh ternyata tanpa orangtua pun save-save saja tuh!”
Dan tentu saja jika sudah 30 hari terpisah tempat tidurnya, tanpa harus dikasi hadiah pun, karena anak sudah merasa save, insya Allah anak akan tidur dengan sendirinya.

Tapi program yang nomor 6 ini boleh dijalankan boleh juga tidak, yang paling wajib dari program ini adalah poin 5 dan 4 sebelumnya.

7. Walaupun 2 anak laki-laki berada dalam satu kamar tidur, tapi pisahkanlah selimutnya. Satu selimut hanya untuk satu orang. Terbaik jika meski satu kamari sejenis kelaminnya, hendaknya dipisahkan tempat tidurnya.

8. Sekarang bagaimana jika orang tua mempunyai banyak anak dan kamar tidur yang tersedia tidak cukup untuk pemisahan tempat tidur antara anak laki-laki dan perempuan?

Misalnya anak nya 5 orang sedang rumahnya hanya terdiri dari 2 kamar. Pemecahan sementara hendaklah anak-anak perempuan tidur didalam kamar dan anak laki-laki tidur di ruang tamu atau ruang makan. Sambil orangtua terus berikhtiar untuk mendapatkan satu kamar lagi untuk anak laki-laki. Tapi keterbatasan ini tidak boleh menjadi dalil untuk menghalalkan tidur sekamar.

Mereka tidak boleh tidur sekamar dengan alasan kamar kurang. Anak laki-laki harus diberi pengertian agar melindungi saudara perempuannya. Karena itu juga, Saat kita memutuskan berkeluarga dan punya anak orangtua hendaknya berani bertanggung jawab dan berusaha dengan sangat keras untuk menyediakan juga tempat perlindungan termasuk tempat tidur untuk anggota keluarganya. Sebaiknya, jika kita memiliki anak laki-laki dan perempuan, tersedia setidaknya 3 kamar. Satu kamar untuk orangtua, satu kamar untuk anak perempuan dan satu kamar untuk anak laki-laki. Jika dilapangkan jalan rezeki, tentu lebih baik lagi jika satu anak satu kamar, tapi jika tidak, setidak-tidaknya 3 kamar tadi.

Demikian
Salam
Ihsan Baihaqi Ibnu Bukhari

Tidak ada komentar:

Posting Komentar