Kamis, 13 September 2018

Catatan Perjalanan Haji : Melempar jumroh

Dari maktab 73 menuju jamarat atau tempat melempat jumroh cukup jauh, sekitar 2.5km.
Pada saat melempar jumroh aqabah yang pertama, dilakukan pada pukul 14.00 waktu setempat. 

Karena teriknya matahari, segala upaya pun dilakukan. Ada yang menggunakan topi, kaca mata hitam, handuk basah, botol spray, payung dan sebagainya. Panasnya memang cukup lumayan, tercatat di smartphone pada angka 42 derajat celcius.


Ada yang hampir pingsan, ada yang kakinya biru lebam, kehausan, dan lain sebagainya. Sepertinya memang karena faktor cuaca yang ekstrim dan juga kurang terbiasa berjalan kaki dalam jarak yang cukup jauh.

Tapi saya sendiri menikmati perjalanan. Didalam perjalanan melempar jumroh yang kini dibuat searah, saya bertemu dengan saudara-saudara seiman dari berbagai negara dengan gaya unik mereka masing-masing.

Saya juga mengamati seragam jamaah dari berbagai negara. Ada yang menggunakan warna pink, ada yang warna hijau seperti yang saya gunakan, ada yang warna warni, dan lain-lain. Ada juga yang hanya menggunakan penanda khusus, semacam pin berbentuk bunga yang agak besar dipasang diatas kepala. Unik memang.

Sambil berdzikir dan mengamati para jamaah haji dari berbagai negara, perjalanan tidak terasa. Yang penting, perhatikan selalu dimana meeting point yang ditentukan pimpinan rombongan dan patuhi selalu agar tidak terpisah dari rombongan.

Perjalanan saya melempar jumroh melewati dua terowongan yang cukup panjang. Dengan ada terowongan ini sangat membantu mengurangi sengatan terik matahari. Dan dari arah area maktab saya diarahkan untuk melempar jumroh ke lantai 3. Makanya saya merasa, walau terlihat lurus tapi jalanan di terowongan itu menanjak.

Setelah tiba di tempat jamarat, disana ada tiga tembok besar yang disyariatkan untuk dilempar dengan tujuh kerikil. Ada jumroh ula, wustho dan aqabah. Selesai melempar, para jamaah segera meninggalkan tempat di arah yang sudah ditentukan. Berbeda dengan arah masuk tadi dan nemang diatur demikian agar perjalanan jumroh menjadi lancar dan aman.

Acara melempar jumroh kedua dan ketiga dilakukan pada waktu sore hari. Setelah sholat ashar, berangkat menuju jamarat dengan keadaan cuaca yang lebih bersahabat. Semakin sore menjelang maghrib, cuaca semakin sejuk. Perjalanan pun semakin nyaman.

Namun pada melempar jumroh yang ke empat atau yang terakhir, perjalanan dilakukan siang hari pukul 11.00 waktu setempat. Karena hendak langsung meninggalkan Mina, maka para jamaah membawa semua barang-barangnya, setelah kopernya diangkut sehari sebelumnya. Sedikit ragu, apakah kami bisa berjalan melempar jumroh dengan membawa tas punggung dan tas selempang?
Alhamdulillah, perjalanan tetap lancar seperti biasa. Setelah semua berkumpul di meeting point yang ditentukan, kami semua bergerak menuju tempat parkir bus yang telah dicarter.

Ada rasa bahagia bersyukur telah menunaikan seluruh rangkaian ibadah haji dengan segenap kemampuan kami. Tapi tetap saja ada rasa sedih meninggalkan bumi Mina. Tempat dimana kami tinggal dalam tenda berdesak-desakan. Bersama-sama antri kamar mandi. Bersama-sama makan. Bersama-sama bercanda sesekali dan bersama-sama pula beribadah. Semoga Allah menerima semua amal ibadah kita semua dan berkenan menjadikan haji kami sebagai haji yang mabrur. Amin Ya Robbal Alamin.

Dalam bus meninggalkan jamarat di Mina
Jum'at 13 Dzulhijjah 1439 H
24 Agustus 2018
Sholihah Ja'far Baraja

Papan penunjuk jalan setelah 500 meter dari Maktab 73

Suasana saat berjalan menuju jamarat

Tugu jamarat yang dilempari batu sebagai bagian dari wajib haji

Tidak ada komentar:

Posting Komentar