Kamis, 13 September 2018

Catatan Perjalanan Haji : Beribadah di Masjidil Haram

Setelah selesai melakukan semua rangkaian ibadah haji, para jamaah pun pindah dari hotel transit menuju hotel yang jaraknya lebih dekat ke masjidil Haram.

Sholat fardhu satu kali di masjidil Haram lebih baik dari sholat fardhu ditempat lain sebesar seratus ribu kali lipat. Artinya, satu kali sholat fardhu di masjidil Haram lebih baik dari sholat di tempat lain selama 55.5 tahun. Sungguh keistimewaan yang luar biasa yang seharusnya memotivasi umat islam dan menjadikan hatinya tertaut kepadanya.


Sholat subuh didahului dengan adzan awal, sekitar satu jam sebelum adzan subuh. Sholat tahajud dan beristighfar bisa dilakukan didalamnya. Setelah sholat subuh bisa dilakukan i'tikaf di dalam masjid hingga matahari terbit, ditutup dengan sholat dua roka'at.

Sholat dzuhur terasa udara sangat panas. Kecuali hari jum'at dan yang merasa kuat, sholat dzuhur dilakukan di mushola dalam hotel yang berhubungan langsung dengan masjidil haram. Mushola ini berada di lantai P9 untuk laki-laki dan lantai P10 untuk perempuan.

Bila tidak ada halangan, sholat ashar tidak kembali ke hotel sampai sholat isya'. Sungguh nikmat bisa beri'tikaf didalam masjid dan berlama-lama didalamnya. Karena setelah sholat ashar tidak ada kegiatan apa-apa dihotel, sayang sekali waktunya bila tidak dimanfaatkan untuk banyak-banyak beribadah, berdzikir, bertilawah dan bermunajat.

Suasana di masjidil Haram seolah tak pernah tidur. Barisan para jamaah yang melakukan thowaf tak pernah berhenti kecuali dalam waktu-waktu sholat. Mereka terus berputar mengelilingi ka'bah. Melakukan syariat Allah dengan patuh dan tunduk kepadaNya.

Thowaf juga bisa dilakukan di dua  lantai berikutnya selain di lantai dasar. Hanya saja putarannya memang lebih jauh, namun lebih longgar dan tidak terlalu berdesak-desakan. Di lantai atap, thowaf dilakukan dalam jarak 3.5km dengan waktu 1 jam.

Para polisi yang bertugas mengatur keamanan masjid tersebar diseluruh penjuru masjid. Mereka nampak galak, namun sesungguhnya mereka melakukan yang terbaik untuk keamanan para jamaah. Polisi laki-laki berseragam loreng atau menggunakan jubah putih dan surban merah putih khas Saudi Arabia. Sedangkan polisi perempuan menggunakan pakaian tertutup berwarna hitam dari ujung kepala hingga kaki. Tak satupun anggota badan yang nampak. Uniknya para polisi ini, memahami bahasa yang banyak digunakan para jamaah termasuk bahasa Indonesia. Mereka menyapa jamaah dengan bahasa Indonesia dengan aksen yang unik.

Polisi ini juga menjaga pintu-pintu masjid. Bila sudah terlalu padat, maka jamaah lain dilarang masuk kedalam masjid. Hal ini dilakukan agar yang didalam masjid bisa sholat dengan tidak terlalu berdesak-desakan. Bila tulisan diatas pintu sudah menyala merah dan tertulis "No Entry", maka jangan harap mereka akan mengizinkan satu jamaah pun untuk lewat. Mereka diarahkan untuk naik ke lantai berikutnya.

Begitu juga satu lantai diatasnya. Bila sudah penuh, maka para jamaah akan diarahkan untuk naik ke lantai atap. Di lantai atap sebenarnya juga nyaman, asal jangan waktu dzuhur dan ashar karena panasnya menyengat langsung.

Al-Qur'an tersebar diseluruh penjuru masjid. Para jamaah bebas meminjam dan diharap mengembalikannya lagi pada rak. Petugas kebersihan akan selalu menata Al-Qur'an tersebut hingga selalu nampak rapi dan bersih. Petugas kebersihan ini juga selalu berkeliling memungut sampah dari para jamaah. Inilah mengapa masjidil Haram selalu bersih dan rapi.

Cara membersihkan lantai masjidil haram sangat unik. Mereka mengelilingi area yang dibersihkan dengan tali merah. Didalamnya ada petugas yang menyiram air, mengepelnya, lalu di pel lagi dengan menggunakan mobil. Tali merah ini terus berjalan mengelilingi seluruh penjuru lantai masjid. Tak menyisakan sedikitpun air sehingga para jamaah tidak perlu khawatir jatuh terpeleset.

Air zam-zam juga bisa didapat dimana-mana. Baik dalam bentuk galon raksasa maupun dalam bentuk kran. Airnya berasa dingin dan segar, menghilangkan haus para jamaah yang meminumnya, dan memberikan keberkahan.

Disekitar air zam-zam selalu nampak basah dan becek. Tapi itu tidak berrlangsung lama. Ada petugas khusus kebersihan sekitar penempatan air zam-zam. Mereka selalu sigap membersihkan dengan pel. Mereka juga sigap menyediakan gelas plastik, dan mengganti galon bila airnya habis.

Tak perlu khawatir di dekat Masjidil Haram. Hampir setiap hari dan utamanya setiap hari Jum'at, banyak muhsinin yang membagi-bagikan makanan kepada para jamaah. Baik didalam masjid maupun diluar masjid.

Disepanjang jalan menuju masjid, banyak kios-kios makanan yang menjual aneka macam makanan mulai ayam goreng, aneka nasi khas arab, burger, kebab, martabak dan lain sebagainya. Harganya relatif murah, sehingga bisa jadi alternatif lain bila dirasa bosan dengan makanan hotel.

Pengalaman saya, ketika saya selesai sholat dzuhur didalam masjid, dilanjutkan dengan tilawah. Ada polisi yang mendekat dan berkata "Hadiah.. Hadiah.." sembari menyerahkan sebuah tas kepada saya. Ternyata itu adalah tas punggung berwarna hitam dan berisi sajadah tipis serta payung lipat. Tas nya bagus, bisa digunakan untuk thawaf. Ringan dan nyaman.

Alhamdulillah, jazakumullah khoir para Polisi dan petugas di masjidil Haram. Kalian telah begitu baik melayani kami sepenuh hati. Semoga Allah Ta'ala mengizinkan saya dan kaum muslimin lainnya untuk kembali lagi ke Mekkah Al Mukarromah dan beribadah di Masjidil Haram.

Ditulis oleh
Sholihah Ja'far Baraja
22 Dzulhijjah 1439
2 September 2018
Perjalanan dalam bus menuju kota Madinah Al Munawaroh.

Zam-Zam Tower

Ka'bah di Masjidil Haram

Suasana ketika saya melakukan Thawaf Wada'

Tidak ada komentar:

Posting Komentar