Sabtu, 15 September 2018

Perhatian Anak Pada Orang Tua

Teringat ucapan seorang tua, yang mengadakan perjalanan bersama-sama temannya dengan menggunakan kereta api. Orang ini hape nya sering berdering. Satu per satu anaknya mengabarkan keadaannya. Menanyakan kapan kira-kira kereta akan sampai, dan berebut akan menjemput. Orang tua itu bersyukur mempunyai anak yang peduli. Satu anak yang membersamainya, selalu melayani semua keperluan orang tuanya. Dari mulai mengangkat tas, mencari tempat duduk sesuai nomer tiket, sibuk membelikan makanan dan minuman seperti keinginan orang tua tersebut.

Teman-temannya tak ada yang demikian.

Yang satu, sang ayah dibiarkan sendirian. Anaknya duduk bersama temannya. Ayahnya bingung kehilangan tasnya. Ayahnya takut ketika hendak turun dari kereta. Semuanya sendiri.

Yang lainnya, punya anak juga yang tak pernah menelponnya. Tidak mengabarkan apa-apa. Turun dari kereta, bingung mencari taksi dan akhirnya pulang sendiri.

Pemandangan yang menyedihkan.

Mengapa itu terjadi?

Banyak faktor tentunya. Beberapa orang menyalahkan orang tua itu sendiri. Katanya, tidak mendidik dengan benar. Ya, bisa jadi juga. Tetapi bila anak sudah besar, anak juga terkena dosa, apalagi bila sudah tahu ilmunya dan tidak melakukannya.

Mungkin karena orang tuanya tidak peduli pada anaknya, sehingga anaknya pun tidak peduli orang tuanya. Kalo menurut saya itu basi. Menyalahkan orang tua untuk apa yang telah terjadi. Sang anak yang telah dewasa apalagi sudah berkeluarga, dituntut untuk memperbaiki keadaan. Bukan menyalahkan keadaan. Pikir, bagaimana jika anak-anaknya kelak memperlakukan dirinya sebagaimana dirinya memperlakukan orang tuanya?

Tidak beda anak laki-laki dengan anak perempuan. Saya pernah melihat sendiri seorang ibu yang sibuk memasak, mencuci pakaian, dan membuat makanan untuk dijual sendirian. Didepannya tak lebih dari 3 meter dari sang ibu, anak perempuannya duduk selonjor sambil nonton tv!!

Jangan menghakimi, mungkin anaknya lelah setelah melakukan apa yang kita tidak tahu. Big no! Anaknya bangun tidur jam 9 pagi setiap hari dan memang seperti itu kelakuannya. Usia berapa sih anaknya itu? 5? 10? 15? Heheheh... ini kepala 4 umurnya. Sadis ya?? Bisa dibayangkan umur ibunya yang sibuk itu. Setua itu masih repot mengurusi anaknya yang sudah tua juga kan pada dasarnya.

Sudah bukan waktunya menyalahkan. Sudah bukan waktunya sakit hati atas perlakuan orang tua. Kita sudah dewasa dan sudah belajar ilmu berbakti pada orang tua yang bisa menghantarkan kita kepada surga atau neraka.

Mari memperbaiki keadaan. Tataplah wajah orang tua. Lihatlah uban dan kulit keriputnya. Rasakanlah tulang tua dan ototnya yang melemah. Lihatlah dan bayangkan, apabila diri kita yang setua itu, perlakuan seperti apa yang diharapkan dari anak-anak kita, seperti itulah yang harus kita lakukan terhadap orang tua.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar