Minggu, 17 November 2019

Persembahan Terakhir Buat Abah - Part 2 Hari Terakhir Abah Di Dunia

Jum'at, 15 November 2019

08.00 wib
"Ikah, Mamah mana?? Ini Abah gelisah. Mamah suru cepet kesini." Suara Fila di telpon.

"Mamah sibuk beberes rumah. Siap-siap Abah mau pulang." Jawabku.

"Kamu bantu! Dan Mamah suru segera ke rumah sakit!" Lalu Fila menutup telponnya. Aku mendekati Mamah.

"Mah, Abah gelisah. Ayo mamah berangkat sekarang." Pintaku.

"Sebentar, ini seprei mau diganti dulu. Kan Abah mau pulang hari ini. Ini sprei kesukaan Abah, warnanya cerah." Jawab Mamah.

"Ya, Mah. Biar diganti mbak. Mamah ayo berangkat. Abah nyari mamah lo." Kataku memaksa.

"Pudingnya kamu bawakan ya, di kardus. Supaya ndak rusak. Ditata yang rapi." Kata Mamah sambil bersiap.

MasyaAllah Mamah, batinku tak sabar. Ayo berangkatlah..

"Maaf ya, bukannya Mamah ndak percaya sama anak, tapi urusan Abah memang Mamah mau kerjakan sendiri semuanya." Kata Mamah lagi.

"Iya ndak apa-apa, Mah." Jawabku. Haduh, entah aku merasa Mamah kok sangat lama. Tak sabar.

"Kau ndak ikut?" Tanya Mamah.

"Menyusul segera, mau mandi dulu." Jawabku. 

Setelah Mama berangkat naik mobil dengan Pak Bandrio, aku segera berlari pulang. Bersiap mandi. 

08.12
Hape berdering lagi.

"Kah, Abah drop banget." Kata Fila.

Tubuhku mengejang seketika. Handuk kulempar. Hape kumatikan. Aku meraih baju dan jilbab segera. Bismillah ya Allah, aku mau ngebut. Selamatkan aku ya Robb.. 

Sepeda motor melaju dengan cepat. Bahkan aku tiba lebih dulu dari Mamah. Dari tempat parkir, aku berlari dengan lari yang belum pernah kulakukan sebelumnya. Fila menunggu didepan.

"Mana Abah?" Tanyaku. Takut abah di pindah ruangan.

"Masih di kamar vip 20. Cepat!!" Perintah Fila.

Aku kembali berlari secepat mungkin.

08.50
Kulihat pemandangan paling mengerikan yang pernah kurasakan. Jauh lebih ngeri dibandingkan kengerianku di ruang ICU.

Abah dipompa!!

Allahu Akbar!! Allahu Akbar!!
Bukankah kemarin Abah memang diizinkan pulang karena kondisinya bagus? Bukankah Abah hanya tinggal belajar duduk dan mau pulang?

Siapa yang tega melihat tubuh ringkihnya ditekan-tekan oleh para perawat?

Doa-doa kupanjatkan pada Allah.
"RohmatMu Ya Allah.. kuharap rohmatMu... ini hari Jum'at.. kumohon ya Allaah..." jeritku dalam hati.

08.55
Mamah datang. Mamah berjalan dengan tegar.

"Apang, Anis datang.." kata Mamah. Mamah menggenggam telapak tangan Abah.

"Apang.. Apang.." Mamah terus memanggil diiringi tekanan para perawat yang berusaha memompa jantung Abah.

Mamah memandang wajah Abah sebentar. Lalu berkata,

"Hentikan, tolong hentikan. Saya sudah ikhlas." Pintanya. "Saya tidak tega..."

"Kalau dihentikan, ibu nanti tanda tangan ya?" Kata seorang perawat.

"Baik. Akan saya tanda tangani semuanya!" Kata Mamah. 

09.00
Perawat menghentikan. Seorang dokter maju dan mengecek nadi Abah, lalu bola mata Abah.

"Maaf, Bu. Kami sudah berusaha. Tuhan berkehendak lain."

Mamah mengangguk.
"Inna lillahi wa inna ilaihi rojiun..." katanya pelan.

Aku? Seperti ada petir yang menyambar. Suara dokter terdengar bagai geledek yang mengagetkan.

Abah.. secepat inikah?

Air mataku langsung tumpah. Kami, aku dan kakak adikku langsung saling berpelukan. Menangis bersama. Aku tahu, hati kami sama-sama teriris dengan apa yang baru saja terjadi.

"Aku sempat menalqin." Kata Kak Iyuk, sambil terduduk lemas. "InsyaAllah Abah mengucapkan kata Allah di akhir hayatnya." 

Ya Allah.. pukulan ini menghujam. Langit serasa runtuh. Aku baru merasakan sendiri arti kata-kata ini. Sakitnya tak terkatakan. Air mata tak berhenti mengalir. Wajah kami semua sama, sembab.

Rasanya masih seperti mimpi. Apa ini benar terjadi?? Ya Allah... 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar