Pendidikan Abah -
Jilbab
Sejak saya kecil, abah
selalu berusaha menanamkan nilai-nilai keislaman pada anak-anaknya. Abah
berusaha menjalankan syariat Islam dilingkup keluarga.
Salah satunya adalah
dengan membiasakan saya berjilbab sejak kecil. Saat itu masih belum banyak
anak-anak berjilbab, apalagi di lingkungan sekitar rumah dan keluarga.
Jangankan anak kecil, yang sudah baligh bahkan sudah menikahpun banyak yang
belum mengenakan jilbab.
Tapi, saya kecil sudah
terbiasa. Kadang lucu sih, seragam sekolah dengan rok pendek tapi mengenakan
jilbab. Kadang bermain juga mengenakan baju bertangan pendek juga berjilbab. Kalau
selain seragam, semua bercelana panjang.
Ada adegan yang entah
mengapa benar-benar melekat dalam ingatan saya.
Suatu hari, saya dan
seorang sepupu hendak diajak pergi oleh ameh. Kami semua bersiap-siap. Tentu saja
bersiap-siap versi saya adalah mengenakan jilbab. Lalu ketika hendak berangkat,
saya kaget melihat sepupu saya menggunakan rok pendeknya.
“Loh, kok kamu belum
bersiap-siap sih? Mana jilbabnya?” tanya saya. Saat itu semua yang ada
disana tertawa. Lalu Ameh menjelaskan
bahwa memang seperti itu pakaian perginya. Semua tertawa, tapi saya
kebingungan. Apa tidak malu, pergi dengan rok pendek? Lah usia kami saat itu
belum ada sepuluh tahun.
Hari ini, aku
bersyukur masih mengenakan jilbab dan memanjangkannya. Sepupu saya itu, kini tidak
berjilbab tinggal di kota lain. Hanya mengenakan jilbab kalau kembali ke Solo
saja. Nah, siapa yang bisa mengelak sekarang, kalau pendidikan syariat islam
sejak dini itu penting?
Yah, memang ada sih
yang pada akhirnya ketika dewasa menyadari lalu berhijrah. Dan bahkan mereka
jadi lebih baik dari saya. Tetapi tetap saja Abah benar, mendidik sejak kecil
dengan syariat meninggalkan bekas yang baik insyaAllah dalam kehidupan. Karena,
hidayah Allah kan dicari, bukan sekedar ditunggu kedatangannya.
Terima kasih, Abah
sudah membiasakan saya berjilbab rapi sejak kecil. Semoga menjadi amal jariyahmu..

Tidak ada komentar:
Posting Komentar