Saya membaca sebuah buku dalam antrian di seorang dokter. Judul
bukunya adalah Wanita-Wanita yang Paling Berpengaruh di Dunia. Judul yang
menarik. Dalam hati, saya berkomentar, berpengaruh baik atau buruk? Dimana
letak pengaruhnya? Maka saya pun mengambil buku itu dan membacanya.
Setelah membaca, ada kesimpulan-kesimpulan yang terpikir
dalam benak saya. Bila seorang Khadijah binti Khuwailid dikatakan berpengaruh
karena pengorbanannya yang besar terhadap Islam, saya setuju. Atau bila seorang
Marie Curie dikatakan berpengaruh karena jasanya dalam penemuan kimia atau
apalah, saya masih setuju. Dampak dari pengorbanannya berpengaruh pada
kehidupan zaman sekarang ini.
Atau istri Mao Zedong yang bernama Jiang Qing, dari seorang
aktris menjadi penebar teror di China.
Bertanggung jawab atas kematian ratusan rakyat China. Membuat aturan-aturan yang
aneh dan kejam. Ya, dia juga orang berpengaruh, meski pengaruhnya buruk.
Tapi yang mengganjal dalam hati saya, adalah separo dari
daftar nama-nama di buku itu, adalah seorang feminis, pejuang hak-hak
perempuan, baik dalam bentuk perbuatan maupun tulisan. Mereka berjuang dan
berupaya sedemikian rupa agar manusia lebih menghormati dan memuliakan wanita.
Ini aneh bin ajaib. Karena yang mereka perjuangkan itu pada
dasarnya bukan untuk memuliakan wanita sebenarnya. Mereka sedang menghinakan
diri mereka sendiri dan wanita lain, namun mereka tidak sadar.
Andai saja mereka adalah seorang muslimah atau hidup di
negara Islam, mereka akan menyadari bahwa Islam telah memuliakan mereka. Semua
hukum dalam Islam adalah hukum yang memuliakan wanita. Menempatkan wanita
sesuai pada kodrat, kemampuan, dan kedudukannya.
Mungkin para feminis itu dianggap memiliki pengaruh. Dalam buku
tersebut dikatakan bahwa mereka memiliki pengaruh yang baik. Namun dalam hukum
Islam, jelaslah bahwa mereka tidak memiliki pengaruh yang baik. Justru mereka
datang untuk merusak hukum Islam dalam memuliakan wanita.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar