Sabtu, 14 Juni 2014

Perasaan Apa ini?

Hari ini saya menghadiri acara wisuda huffazh angkatan XII Ma'had Tahfizhul Qur'an Isy Karima.

Pertunjukan pertama adalah nasyid dari adik kelas. Kemudian diiringi nasyid tersebut, masuklah para wisudawan wisudawati keruangan. Kemudian mereka berdiri bak menyambut para tamu.

Baru sampai disini saja perasaan saya sudah mengharu biru. Saya melihat mereka, terutama yang wisudawati duduk berjajar dihadapan saya.

Mereka lah para penghafal Qur'an. Mereka beruntung diberi kesempatan untuk menghafalnya. Mereka bisa memberi mahkota untuk orang tua mereka. Sedangkan saya untuk birrul walidain saja masih harus berjuang lebih.

Lidah-lidah mereka basah dengan ayat-ayat suci. Mereka memberi syafaat pada keluarga mereka. Mereka adalah cahaya minimal bagi ayah ibu mereka, bagi keluarga, bagi masyarakat, dan bagi agamanya.

Mereka lah satu-satunya yang membuat saya iri lahir dan batin. Karena saya tidak akan iri pada banyaknya harta seseorang, tingginya jabatan, atau mulianya keturunan. Tapi, saya iri pada siapa saja yang bisa dengan leluasa menuntut ilmu setinggi-tingginya. Seluas-luasnya. Semaksimalnya. Kemudian bisa mendapat aliran jariyah pahala dari ilmunya.

Mereka lah salah satu motivasi saya didunia ini. Mereka tak pernah bertutur apa-apa, tapi dengan segenap jiwa saya, saya menjadikan mereka sebagai inspirasi saya.

Lihat saja wajah-wajah mereka yang teduh, sejuk, dan menentramkan hati. Lihat saja tawa mereka bahagia atas hasil prestasi keilmuan mereka. Bukan atas perlombaan foto model, ataupun lomba-lomba lain yang menonjolkan fisik nan penuh kemaksiatan.

Wejangan demi wejangan dari berbagai nara sumber terus mengalir memberi mereka semangat untuk meneruskan perjuangan Islam, untuk terus belajar dan berdakwah dimanapun berada.

Melihat juga ketulusan yang terpancar dari para asatidz dan pengurus ma'had. Keistiqomahan mereka juga patut diacungi jempol. Tidak terbayang jariyah pahala yang mereka dapat dari setiap ayat yang dilantunkan santrinya, mengalir hingga kelak jasad telah terkubur.

Acara diakhiri dengan pertunjukan beladiri dengan tangan kosong, mata tertutup, maupun dengan senjata. Semuanya membuat hati ini semakin gembira. Semoga mereka menjadi kader dai yang kuat dan gagah berani.

Meski lelah, saya cukup gembira dapat menghadiri acara ini. Barakallahu fiikum buat adik-adikku yang tadi menjadi wisudawan. Semoga wisuda ini tidak menjadi "Wis, sudah!" tetapi dapat menjadi batu loncatan untuk kehidupan kalian selanjutnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar