Minggu, 09 November 2014

Hina dan Mulia

Allah memuliakan siapa saja yang dikehendaki dan menghinakan siapa saja yang dikehendaki-Nya.

Itu pasti.

Maka hingga usaha apapun yang dilakukan manusia untuk memuliakan dirinya, bila Allah tidak.menghendaki, maka dia akan tetap.menjadi hina.

Ah, saya jadi teringat fulanah. Seorang tua yang hobi meminta uang kesana kemari. Badannya kotor dan bau. Rambutnya acak-acakan. Pake kerudung sekedar gaya masha and the bear gitu.

Saya sangat terkejut ketika mendengar penjelasan bahwa beliau masih famili dengan saya. Dan lebih terkejut lagi, mengetahui bahwa dia termasuk orang kaya. Saudara sekandungnya kaya raya. Bukan hanya satu, tapi ada beberapa.

Keluarganya termasuk tersohor. Dan dimuliakan dimanapun. Tapi mengapa si fulanah ini seperti pengemis? Yang kadang bawa jualan yang saya pribadi ragu untuk.beli melihat kondisi penjualnya. Yang pakaiannya kumal. Yang kotor dan bau. Itu sangat mengherankan saya.

Apakah saudaranya yang kaya tidak peduli? Oh, justru sangat peduli. Kakaknya membeli sebuah rumah untuk dia, tapi dengan syarat jangan meminta-minta kesana sini. Kebersihan badan dijaga. Juga diminta supaya jual.masakan saja karena terkenal masakannya enak. Kakaknya juga akan memberi uang secara rutin setiap bulannya.

Apa jawabannya untuk tawaran semenarik itu? Tidak mau! Dia memilih jalan hidupnya meminta-minta kesana kemari. Terlunta-lunta dan berkeliaran dijalan. Sang kakak menyerah. Meski tetap membantunya juga, karena bagaimanapun fulanah tetap.saudara kandungnya.

Apa yang membuatnya menolak tawaran menarik itu ya? Bukankah dia akan lebih terhormat tanpa meminta-minta? Seperti tidak masuk akal saja.

Ternyata memang Allah Maha Tahu segalanya. Setelah sekian tahun saya baru mendengar sebuah cerita tentang fulanah ini. Fulanah ini suka menyakiti ibunya. Dia memperlakukan ibunya dengan sangat kasar. Di dunia saja Allah telah membalasnya dengan menghinakannya. Padahal jalan menuju kemuliaan dirinya ada didepan mata.

Sebaliknya, ada seorang ibu tua yang hanya memiliki seorang anak laki-laki di pondok pesantren. Anak itu sudah 10 bulan tidak bayar spp. Ibunya tidak ada biaya untuk membayar spp nya. Karena pekerjaannya adalah penjual krupuk keliling.

Rumahnya yang hanya gubug reot dan pakaiannya yang kumal tapi bersih tidak.menghinakannya. Anak satu-satunya itu seorang hafidz Qur'an. Bahkan ketika tidak mampu membayar spp, ada saja pertolongan Allah yang mendadak.datang. Seorang ibu teman dari anak itu secara tidak sengaja tahu tentang tunggakan spp itu dan langsung melunasinya. Bahkan siap membiayai pendidikan berikutnya anak tersebut untuk ke luar negri.

Anak penjual kerupuk keliling bisa menyekolahkan anaknya hingga keluar negri? Bisa!

Allah menghinakan siapa saja yang Dia kehendaki dan memuliakan siapa saja yang Dia kehendaki juga.

Tinggal bagaimana usaha kita, ingin dimuliakan atau ingin dihinakan?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar