Jumat, 07 Juli 2017

Abdurrahman bin Auf

Batu Menjadi Emas
Abdurrahman bin Auf biasa dipanggil Abdul Amar sebelum Islam. Abdurrahman adalah seorang pedagang yang kaya raya. Abdurrahman terkenal sangat pandai berdagang sehingga keuntungannya bisa berlipat-lipat ganda banyaknya. Abdurrahman sendiri pun keheranan dengan keuntungannya dan berkata,
“Seandainya aku mengangkat batu, maka akan kutemukan dibawahnya emas dan perak.”. maksudnya, dari apa pun yang diperdagangkan oleh Abdurrahman selalu memperoleh untung yang banyak.
Abdurrahman masuk Islam setelah Abu Bakar mendakwahkan Islam kepadanya. Abdurrahman masuk Islam bersama 5 orang sahabat lainnya, sehingga termasuk orang-orang yang pertama masuk Islam.
Setelah masuk Islam, Abdurrahman juga merasakan penderitaan seperti orang mukmin lainnya. Maka ketika Nabi Muhammad memerintahkan umat Islam untuk berhijrah ke Habsyi, Abdurrahman pun juga ikut berhijrah. Abdurrahman berhijrah ke Habsyi dua kali.
Nabi Muhammad juga memerintahkan umat Islam untuk hijrah ke Madinah. Di Madinah, umat Islam lebih tenang untuk hidup dan beribadah. Abdurrahman pun ikut hijrah ke Madinah tanpa membawa hartanya.
Di Madinah, Nabi Muhammad mempersaudarakan setiap muhajirin (orang yang berhijrah dari Mekah ke Madinah) dengan orang anshar (orang Madinah yang menolong muhajirin). Abdurrahman pun dipersaudarakan dengan Sa’ad bin Rabi’.
Abdurrahman tinggal dirumah Sa’ad. Sa’ad pun melayani Abdurrahman dengan senang hati. Memberinya makan dan tempat tidur. Bahkan Sa’ad juga akan memberi Abdurrahman harta yang sangat banyak.
“Abdurrahman, aku ini adalah orang yang kaya. Kamu boleh mengambil separo dari hartaku. Aku juga mempunyai dua orang istri, pilihlah salah satu yang menarik hatimu. Aku akan menceraikannya supaya dapat kamu nikahi.”
Abdurrahman tersenyum haru mendengar perkataan Sa’ad yang begitu ikhlas dalam menjamunya. Dengan halus Abdurrahman menolak pemberian Sa’ad.
“Terima kasih, Sa’ad. Semoga Allah memberi barokah pada harta dan istrimu. Saya hanya ada satu permintaan saja. Tolong tunjukkan letak pasar agar saya dapat berdagang.”
Maka pada suatu hari, Sa’ad pun membawa Abdurrahman berjalan-jalan ke pasar. Sa’ad mengajak Abdurrahman berkeliling agar Abdurrahman dapat mengenali jalan dan keadaan pasar.
Setelah itu, Abdurrahman mencoba berdagang. Berkeliling kesana-kemari, meminjam barang dagangan dan menjualnya. Perlahan-lahan usaha Abdurrahman pun berkembang dan akhirnya mempunyai kios sendiri di pasar.
Suatu hari, Abdurrahman menghadap Nabi Muhammad dengan menggunakan minyak wangi.
“Harum sekali, Abdurrahman!” kata Nabi Muhammad.
“Saya mau menikah.” Jawab Abdurrahman.
“Apa mahar yang kamu berikan pada istrimu?” Tanya Nabi Muhammad.
“Emas seberat biji kurma.” Jawab Abdurrahman.
“Buatlah walimah walau hanya dengan menyembelih satu kambing. Semoga Allah memberkahi pernikahanmu dan hartamu.” Sabda Nabi Muhammad sambil mendo’akan Abdurrahman bin Auf.
Setelah pernikahannya, Abdurrahman semakin berhasil perdagangannya. Keuntungannya semakin banyak dan barokah. Nabi Muhammad bersabda tentang Abdurrahman.
“Wahai Ibnu Auf! Kamu termasuk orang kaya dan kamu akan masuk ke surga dengan pelan-pelan. Pinjamkanlah kekayaanmu itu kepada Allah, maka Allah akan mempermudah langkahmu.”
Abdurrahman semakin rajin bersedekah. Abdurrahman selalu menyumbangkan keuntunganya kepada orang yang membutuhkan. Abdurrahman pernah menjual tanahnya seharga empat puluh ribu dinar. Uang itu langsung dibagi-bagikan kepada keluarganya, para istri Nabi, dan fakir miskin.

Abdurrahman Bersedekah untuk Perang
Sebelum perang Badar, Nabi Muhammad berpidato untuk membangkitkan semangat jihad bagi umat Islam. Nabi Muhammad juga menganjurkan bagi siapa saja untuk bersedekah demi mencukupi biaya peperangan.
Abdurrahman bin Auf segera berlari pulang untuk mengambil hartanya. Dan kembali ke hadapan Nabi Muhammad.
“Wahai Nabi Muhammad, terimalah sedekahku ini. Aku telah meninggalkan untuk keluargaku sama seperti yang aku sedekahkan ini.”
“Semoga Allah melimpahkan berkah-Nya kepadamu terhadap harta yang kamu berikan dan semoga Allah memberkati pula harta yang kamu tinggalkan untuk keluargamu.” Sabda Nabi Muhammad dengan gembira.
Begitu juga saat perang Tabuk. Perang Tabuk berlangsung pada musim panas dan amat susah. Banyak kaum muslimin yang tidak bisa ikut berangkat karena tidak memiliki kendaraan atau bekal. Nabi Muhammad memerintahkan kaum muslimin yang mampu untuk bersedekah demi jihad fi sabilillah (di jalan Alla).
Abdurrahman tanpa ragu-ragu menyerahkan dua ratus uqiyah emas. Itu jumlah yang sangat besar. Umar bin Khotob terkejut melihat banyaknya harta yang diserahkan Abdurrahman, kemudian berkata pada Nabi Muhammad,
“Apa yang disisakan Abdurrahman untuk keluarganya?”. Nabi Muhammad pun bertanya pada Abdurrahman.
“Adakah harta yang kau tinggalkan untuk keluargamu?” Tanya Nabi Muhammad.
Ada. Mereka telah saya tinggalkan harta yang lebih banyak lagi.” Jawab Abdurrahman.
“Berapakah itu?” Tanya Nabi Muhammad.
“Sebesar upah yang dijanjikan oleh Allah.” Jawab Abdurrahman. Maksudnya adalah, Abdurrahman sangat yakin bahwa Allah akan mengganti sedekahnya dengan jumlah yang lebih banyak lagi.

Abdurrahman Takut pada Hartanya
Meskipun Abdurrahman dikaruniai begitu banyak harta, tidaklah membuatnya menjadi orang yang sombong dan besar kepala. Justru Abdurrahman sangat ketakutan. Abdurrahman takut disiksa oleh Allah karena ia memiliki harta yang banyak sedangkan di sekitarnya masih ada orang yang membutuhkan.
Bahkan ada yang memuji kedermawanan Abdurrahman dengan kata-katanya,
“Seluruh penduduk Madinah pernah merasakan harta Abdurrahman. Sepertiga hartanya dipinjamkan pada mereka, sepertiga digunakan untuk membayar hutang-hutang mereka, dan sepertiganya lagi diberikan pada mereka.”
Suatu hari Abdurrahman mengadakan acara makan bersama dirumahnya. Ketika makanan telah dihidangkan, Abdurrahman pun menangis. Para tamu bingung melihat Abdurrahman yang tiba-tiba menangis.
“Apa yang menyebabkan kamu menangis?” Tanya mereka.
“Nabi Muhammad telah wafat dan beliau serta keluarganya tidak pernah makan roti gandum hingga kenyang. Apa gunanya kita berusia panjang bila tidak menambah amal kebaikan kita.”
Abdurrahman hidup dalam kesederhanaan. Tidak pernah Abdurrahman mengnakan pakaian mewah, atau makan makanan yang berlimpah ruah.
Orang yang belum mengenal Abdurrahman, tidak akan bisa membedakan Abdurrahman diantara para karyawannya saat mereka makan bersama. Untuk membedakannya, dapat dilihat pada tubuhnya terdapat dua belas luka, kakinya pincang, beberapa gigi serinya putus, hingga bicaranya cadel. Itulah hadiah untuk Abdurrahman dari perang Uhud.

Masuk Surga dengan Merangkak
Setelah Nabi Muhammad wafat, Abdurrahman yang menunjang kehidupan semua ummul mukminin (istri-istri Nabi Muhammad). Abdurrahman memenuhi semua kebutuhan mereka, dan menjaga mereka bila mereka hendak bepergian. Apabila mereka ingin pergi haji, Abdurrahman pun ikut serta untuk menjaga mereka.
Abdurrahman menjual sebidang tanah dan uangnya dibagi-bagikan pada fakir miskin dan istri-istri Nabi Muhammad. Pada giliran Aisyah, Aisyah bertanya pada orang ditugasi membagikan uang itu.
“Siapa yang memberi hadiah ini?” Tanya Aisyah.
“Abdurrahman bin Auf.” Jawab orang itu. Aisyah pun tersenyum, mengingat sebuah sabda Nabi Muhammad pada Aisyah.
“Tidak ada orang yang kasihan kepada kalian kecuali orang-orang yang sabar,”
Begitulah doa Nabi Muhammad untuk Abdurrahman.
Suatu hari, iring-iringan kafilah dagang Abdurrahman terdiri dari tujuh ratus unta bermuatan penuh tiba di Madinah. Semuanya membawa makanan, pakaian, dan barang-barang lain kebutuhan penduduk. Ketika mereka masuk kota, bumi seolah-olah bergetar. Terdengar suara gemuruh dan ramai sekali. Sehingga Aisyah bertanya,
“Suara apa hiruk pikuk itu?”
“Kafilah Abdurrahman dengan iring-iringan tujuh ratus ekor unta bermuatan penuh membawa makanan, pakaian, dan lain-lainnya.”
Aisyah berkata, "Semoga Allah melimpahkan berkat-Nya bagi Abdurrahman dengan baktinya di dunia, serta pahala yang besar di akhirat. Saya mendengar Rasululalh saw. bersabda, “Abdurrahman bin Auf masuk surga dengan merangkak (karena surga sudah dekat sekali kepadanya).
Sebelum menghentikan iring-iringan unta, ada yang mengatakan kepada Abdurrahman bin Auf  berita gembira yang disampaikan Aisyah, bahwa Abdurrahman bin Auf akan masuk surga. Serentak mendengar berita itu, bagaikan terbang ia menemui Aisyah.
“Wahai Aisyah, apakah anda mendengar sendiri ucapan itu diucapkan Nabi Muhammad ?” Tanya Abdurrahman.
“Ya, saya mendengar sendiri.” Jawab Aisyah,
Abdurrahman sangat bahagia. Katanya, “Seandainya aku sanggup, aku akan memasukinya sambil berjalan. Saksikanlah, wahai Aisyah, kafilah ini dengan seluruh kendaraan dan muatannya, kuserahkan untuk jihad fisabilillah.”
Abdurrahman pun membagi-bagikan semua kafilah dagangnya pada penduduk Madinah, sebagai perbuatan yang sangat mulia.
Sejak mendengar perkataan Aisyah, Abdurrahman semakin rajin bersedekah. Beribu-ribu dirham dan dinar uang dibagi-bagikannya kepada seluruh penduduk Madinah. Abdurrahman juga membagi 400 dinar emas bagi setiap bekas prajurit perang Badar. Abdurrahman memberikan harta yang banyak pada istri-istri Nabi Muhammad. Sehingga Aisyah sering mendo’akan Abdurrahman,
“Semoga Allah memberimu minum dari telaga Salsabila.”
Kuda-kuda dan unta-untanya dibagi-bagikan kepada para pejuang, berikut perbekalan mereka. Sebagian besar budaknya pun dibebaskan. Dengan semua yang telah dibagi-bagikannya, Abdurrahman masih menyisakan harta yang tak terhitung banyaknya untuk keluarganya.
Menjelang wafatnya, Abdurrahman menangis.
“Aku takut dipisahkan dengan sahabat-sahabatku karena hartaku yang melimpah ini.” Katanya. Tetapi Allah memberi ketenangan. Abdurrahman teringat akan janji Nabi Muhammad bahwa Abdurrahman akan masuk surga. Abdurrahman juga teringat janji Allah akan surga bagi siapa saja yang telah memberikan hartanya di jalan Allah.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar