Do’a Sang Ayah
Zaid, ayah dari Sa’id, adalah orang yang pemikirannya lurus. Zaid tidak
menyukai sifat orang Quraisy yang menyembah berhala, membunuh anak perempuan,
berjudi, dan berzina.
Zaid pernah bertemu dengan pendeta, yang memberinya tahu akan ada nabi
dari kota
Mekkah. Nabi ini akan menyampaikan ajaran nabi Ibrahim yang suci. Zaid sangat
tertarik. Zaid pun segera kembali ke Mekkah. Di perjalanan, kafilah Zaid
diserbu oleh perampok. Zaid pun tertusuk oleh pedang. Sebelum meninggal, Zaid
sempat berdo’a,
“Ya Allah, jika Engkau mengharamkan aku dari agama yang lurus ini,
janganlah anakku Sa’id diharamkan pula darinya.”
Allah mengabulkan do’a Zaid. Sa'id pun masuk Islam pada masa pertama Nabi
Muhammad mendakwahkan Islam. Sa'id masuk islam bersama istrinya, Fatimah binti
Khattab, adik kandung Umar bin Khattab. Umar juga menikahi saudara perempuan
Sa'id, Atikah.
Sa'id dan Fatimahlah yang membuat Umar akhirnya masuk Islam. Sa'id dan
Fatimah sedang belajar mengaji Al-Qur’an bersama Khabab, ketika Umar datang
menggedor pintu rumah mereka. Sa'id ketakutan, karena Sa'id tahu betul siapa
Umar.
Sa’id berusaha tenang dan membukakan pintu yang masih terus digedor oleh
Umar. Ketika pintu dibuka, Umar segera berkata dengan lantang,
“Kalian telah mengikuti Muhammad kan ??”
Sa’id terdiam. Saat itu memang keadaan tidak memungkinkan, sehingga orang-orang
menyembunyikan keimanan mereka. Umar merasa tidak sabar dan segera memukul
Sa’id dengan kerasnya. Fatimah berlari untuk menolong Sa’id. Fatimah pun
dipukul juga wajahnya oleh Umar sehingga darahnya mengalir.
“Ya! Pukul saja kami sepuasmu! Kami memang telah beriman pada Nabi
Muhammad. Kami telah masuk agama Islam!” kata Fatimah dengan tegas.
Melihat darah yang mengalir di wajah Fatimah, hati Umar pun luluh.
Apalagi melihat ketegasan mereka dan kesetiaan pada agama baru mereka. Umar pun
terdiam.
Umar pun ingin melihat lembaran al-Qur’an yang dibaca Sa'id dan Fatimah
tadi. Setelah bersuci, mereka pun menyerahkan lembaran itu kepada Umar. Umar
membacanya, lalu pergi menemui Nabi Muhammad untuk masuk Islam.
Setelah Islam, Sa'id selalu ikut berperang bersama Nabi Muhammad, kecuali
perang Badar. Saat itu Sa'id sedang diberi tugas oleh Nabi Muhammad untuk
mengintai kafilah dagang Quraisy. Saat Sa'id kembali, perang Badar telah
selesai. Nabi Muhammad tetap memberi bagian harta rampasan perang pada Sa'id.
Dalam Perang Yarmuk
Perang Yarmuk adalah perang melawan tentara Romawi. Pasukan Islam
berjumlah 24.000 orang, sedangkan tentara Romawi berjumlah 120.000 orang.
Pasukan Romawi berbaris rapi, dan dengan langkah yang mantap, diiringi do’a
dari pendeta-pendeta mereka dengan suara yang keras.
Pada awalnya, melihat tentara Romawi yang banyak itu, pasukan Islam pun
ketakutan. Abu Ubaidah pun berdiri untuk memberi semangat pada pasukan Islam.
“Wahai hamba Allah, menangkanlah agama Allah, Allah pasti akan menolong
kalian dan memberi kekuatan pada kalian. Tabahkan hati kalian. Siapkan perisai
dan lembing. Tetaplah tenang dan diam, kecuali mengingat Allah dalam hati
kalian masing-masing. Tunggulah perintah berikutnya dariku.”
Tiba-tiba, ada orang yang maju dan berkata pada Abu Ubaidah.
“Saya ingin syahid sekarang.” Katanya. Orang itu pun maju sambil
menghunuskan pedangnya dan menyerang pasukan musuh.
Sa'id pun mengikutinya. Sa'id berdiri diatas lututnya, lalu melemparkan
lembingnya ke arah musuh. Perasaan takut pun hilang dari hatinya. Setelah itu,
pasukan Islam pun menjadi sangat berani. Mereka melawan tentara Romawi dengan
penuh keberanian. Allah pun memenangkan pasukan Islam dalam perang itu.
Sa'id Mendapat Fitnah
Setelah wilayah Damsyiq dikuasai oleh umat islam, Sa'id pun diangkat
menjadi walikota. Saat itulah Sa'id mendapat fitnah yang sangat keji.
Seorang wanita bernama Arwa binti Uwais menuduh Sa'id telah merampas
tanah haknya. Di tanah itu ada sebuah sumur yang sangat dalam. Arwa menyebarkan
fitnah itu kepada seluruh kaum muslimin. Bahkan Arwa melaporkan Sa'id kepada
Marwan bin Hakam, walikota Madinah saat itu. Marwan pun mengirim beberapa
petugas untuk menanyakan hal ini pada Sa'id.
Sa'id pun menjelaskan bahwa semua itu hanyalah tuduhan dan fitnah kepada
dirinya.
“Bagaimana mungkin saya merampas tanah hak orang lain, padahal saya
mendengar Nabi Muhammad bersabda, ‘Siapa saja yang mengambil tanah orang
lain walaupun sejengkal, nanti di hari kiamat Allah memikulkan tujuh lapis bumi
kepadanya’”
Karena tidak bisa membuktikan sendiri, Sa'id pun berdo’a kepada Allah.
“Ya Allah, Sesungguhnya dia telah menuduh saya telah mendholiminya. Kalau
tuduhan itu tidak benar, maka butakanlah kedua matanya, dan masukkanlah dirinya
ke dalam sumur yang dituduhkan kepada saya. Tunjukkanlah kepada kaum muslimin
dengan sejelas-jelasnya, bahwa tanah itu adalah hak saya, dan saya tidak pernah
mendholiminya.”
Setelah itu, terjadilah banjir. Air telah menyapu tanah dan memberikan
tanda yang jelas batas tanah Sa'id dan Arwa. Kaum muslimin pun yakin bahwa
Sa'id tidak pernah berlaku dholim pada Arwa.
Tak lama kemudian, mata Arwa pun menjadi buta. Waktu dia berjalan dengan
meraba-raba, Arwa jatuh dan masuk ke dalam sumur. Peristiwa itu lebih
meyakinkan kaum muslimin. Bahwa benar sabda Nabi Muhammad untuk selalu takut
pada doa orang yang didholimi, karena doa mereka dikabulkan.
Apalagi yang berdo’a adalah Sa'id bin Zaid, sahabat Nabi Muhammad yang
mulia, yang telah diberi kabar gembira akan masuk surga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar