Pengorbanan Luar Biasa
Nama aslinya adalah Amir bin Abdullah bin Jarrah. Orangnya berwajah
ceria, hingga siapapun yang melihatnya pasti menyukainya. Abu Ubaidah sangat
lembut hati dan pemalu.
Abdullah bin Umar pernah bercerita, bahwa dikalangan orang Quraisy yang
sangat ceria wajahnya, sangat tinggi akhlaknya, dan sangat pemalu. Bila
berbicara tidak pernah dusta, dan bila ada orang bicara tidak pernah
cepat-cepat mengatakan bahwa itu dusta. Mereka itu adalah Abu Bakar As-Sidiq,
Utsman bin Affan, dan Abu Ubaidah bin Jarrah.
Suatu hari, Abu Ubaidah didatangi oleh Abu Bakar. Abu Bakar memberi tahu
bahwa Nabi Muhammad telah mengajarkan kebenaran, yaitu agama Islam. Agama yang
mengajarkan bahwa tidak ada tuhan selain Allah, bukan berhala-berhala
sesembahan kebanyakan orang kafir Quraisy.
Abu Ubaidah langsung beriman. Dengan begitu, Abu Ubaidah termasuk
orang-orang yang pertama kali beriman.
Nabi Muhammad pernah memuji kejujuran Abu Ubaidah dengan sabdanya,
“Setiap kaum mempunyai orang kepercayaan, dan orang kepercayaan kaum kita
adalah Abu Ubaidah bin Jarrah.”
Pada waktu perang Badar, Abu Ubaidah ikut berperang. Abu Ubaidah
mengerahkan segala kekuatannya untuk membunuh lawannya.
Abu Ubaidah menyusup ke bagian musuh dengan berani. Sayangnya, ada
seseorang yang mengetahui Abu Ubaidah. Orang itu terus mengejarnya. Abu Ubaidah
berlari menghindar. Bukan karena Abu Ubaidah takut, tetapi orang itu adalah
ayahnya yang belum masuk Islam. Abu Ubaidah tidak ingin membunuh ayahnya.
Abu Ubaidah terus berusaha menghindar, tetapi ayahnya terus mengejar.
Kemanapun Abu Ubaidah lari, ayahnya selalu berusaha mendekati. Hingga akhirnya
Abu Ubaidah terpojok.
Abu Ubaidah segera teringat bahwa yang dilawannya adalah orang kafir yang
memusuhi Islam. Dengan sekali tebasan pedang, Abu Ubaidah membelah kepala
ayahnya menjadi dua bagian. Terkaparlah sang ayah, oleh tebasan pedang anaknya.
Allah membenarkan tindakan Abu Ubaidah dengan menurunkan wahyu kepada
Nabi Muhammad yaitu surat
Al-Mujadalah ayat 22.
Dalam perang Uhud, Abu Ubaidah juga ikut berperang. Pada saat menjelang
kekalahan, umat Islam banyak yang kocar-kacir lari menyelamatkan diri mereka
masing-masing. Tetapi, ada 10 orang yang masih tetap bertahan melindungi Nabi
Muhammad, diantara mereka adalah Abu Ubaidah. Mereka berkeliling membentengi
Nabi Muhammad dari serangan anak panah musuh.
Ketika perang telah usai, ternyata wajah Nabi Muhammad banyak terluka.
Gigi taring Nabi Muhammad tanggal, kening beliau terluka, dan di pipi Nabi
Muhammad menancap dua mata rantai baju besi Nabi Muhammad. Abu Bakar datang
untuk membantu Nabi Muhammad mengambil mata rantainya.
“Tolong biarkan saya yang mengambilnya,” pinta Abu Ubaidah. Abu Bakar pun
mempersilahkan Abu Ubaidah untuk mengambil mata rantai di pipi Nabi Muhammad.
Abu Ubaidah khawatir bila dirinya mencabut mata rantai di pipi Nabi
Muhammad itu dengan tangannya, Nabi Muhammad akan merasa kesakitan. Maka dengan
sekuat tenaga, Abu Ubaidah mencabut mata rantai itu dengan giginya. Dua mata
rantai itu menyebabkan dua gigi seri Abu Ubaidah tanggal/copot. Sebuah pengorbanan yang luar biasa….
Yang Gagah dan Jujur
Pada suatu hari, datanglah utusan dari kaum Nasrani. Mereka pergi
menghadap Nabi Muhammad.
“Wahai Nabi Muhammad, kirimkanlah bersama kami seorang sahabatmu yang
engkau percayai untuk menyelesaikan perkara harta yang sedang kami
pertengkarkan, karena kaum muslimin di pandangan kami adalah orang yang
disenangi.” Nabi Muhammad pun bersabda,
“Datanglah kemari nanti sore, saya akan kirimkan sesorang yang gagah dan
jujur bersamamu.”
Umar bin Khatab mendengar Nabi Muhammad bersabda seperti itu. Maka Umar
berusaha menampakkan dirinya di depan Nabi Muhammad karena ingin mendapat gelar
yang gagah dan jujur. Namun ketika Abu Ubaidah lewat, Nabi Muhammad memanggil
Abu Ubaidah.
“Pergilah bersama mereka. Selesaikanlah perkara mereka dengan adil.”
Abu Ubaidah pun pergi untuk menyelesaikan perkara kaum Nasrani. Jadi, Abu
Ubaidah diberi gelar oleh Nabi Muhammad dengan gelar ‘gagah dan jujur’.
Gubernur yang Zuhud
Setelah Nabi Muhammad wafat, pada masa pemerintahan Abu Bakar, Abu
Ubaidah ditunjuk untuk menjadi Ketua Pengawas Perbendaharaan Negara. Tugasnya
adalah mengatur keluar masuknya harta baitul mal milik umat Islam. Abu Ubaidah
ditunjuk karena sifatnya yang jujur.
Setelah itu, Abu Bakar menunjuk Abu Ubaidah untuk menjadi gubernur untuk
wilayah Syam. Abu Ubaidah masih menjadi gubernur Syam saat Abu Bakar wafat dan
digantikan oleh Umar bin Khatab.
Selama menjadi gubernur, Abu Ubaidah terkenal dengan sifat zuhudnya,
yaitu tidak terlalu memperhatikan harta dunia. Abu Ubaidah tidak menggunakan
jabatannya sebagai gubernur untuk menambah dan menumpuk-numpuk hartanya.
Suatu hari, Umar melakukan kunjungan ke Syam dan bertemu dengan Abu
Ubaidah.
“Dimana rumahmu? Saya ingin mengunjungi rumahmu.” Kata Umar.
“Untuk apa? Nanti anda akan menangis melihat rumah saya.” Kata Abu
Ubaidah menolak. Tetapi Umar terus memaksa. Hingga akhirnya pergilah mereka ke
rumah Abu Ubaidah.
Umar sangat terkejut melihat rumah Abu Ubaidah. Rumah itu kosong, tidak
ada perabotan apa-apa sama sekali. Hanya ada selembar kain lusuh dan piring.
“Mengapa begini, Abu Ubaidah? Apakah kamu tidak mengambil sedikit harta,
padahal kamu adalah seorang gubernur.” Umar pun menangis.
“Sudah saya katakan, anda pasti akan menangis melihat rumah saya.” Kata
Abu Ubaidah. Umar pun menjawab.
“Kamu benar, Abu Ubaidah. Betapa banyak diantara kita yang tertipu oleh
godaan dunia.”
Suatu hari Umar mengirimkan uang sebesar 4000 dinar untuk Abu Ubaidah
melalui kurirnya. Abu Ubaidah segera membagi-bagikan kiriman itu kepada
rakyatnya. Kurir itu melaporkan peristiwa itu pada Umar. Umar pun berkata,
“Alhamdulillah, puji syukur kepada Allah yang telah menjadikan umat Islam
dengan sifat seperti Abu Ubaidah.”
Wafatnya Abu Ubaidah
Saat itu, di daerah Syam terkena wabah penyakit kusta. Banyak orang yang
terkena penyakit kusta, lalu meninggal dunia. Umar mendengar berita itu dan
mengkhawatirkan keadaan Abu Ubaidah. Umar pun menulis surat pada Abu Ubaidah.
“Saya mempunyai urusan yang sangat penting. Tolong menghadap ke saya
segera.”
Abu Ubaidah menyadari bahwa Umar sesungguhnya ingin menyelamatkan
nyawanya dari penyakit kusta. Abu Ubaidah segera membalas surat Umar.
“Sesungguhnya penyakit kusta adalah bagian dari syahdahnya kaum muslimin.
Begitu sabda Nabi Muhammad. Saya adalah prajurit dari kaum muslimin, maka saya
tidak akan meninggalkan mereka dalam keadaan susah seperti ini.”
Umar menangis membaca surat
balasan dari Abu Ubaidah. Para sahabat
bertanya,
“Apakah Abu Ubaidah telah meninggal dunia?” Tanya mereka, karena melihat
Umar menangis.
“Tidak, tapi seakan-akan Abu Ubaidah telah meninggal.” Jawab Umar.
Akhirnya Umar memerintahkan Abu Ubaidah dan prajuritnya untuk pindah sementara
waktu ke kota
lain di dekat Syam.
Tetapi, sayangnya Abu Ubaidah terkena penyakit. Menjelang ajalnya, Abu
Ubaidah memanggil Mu’adz bin Jabal dan menyuruhnya menjadi imam menggantikan
Abu Ubaidah. Abu Ubaidah juga berpesan kepada kaum muslimin untuk selalu
menunaikan perintah Allah, dan ber amar ma’ruf nahi mungkar.
Setelah berwasiat, wafatlah Abu Ubaidah bin Jarrah. Wafatlah seorang
prajurit perang yang pengorbanannya luar biasa, seorang gubernur yang sangat
zuhud, seorang sahabat nabi yang dijamin masuk surga……
Tidak ada komentar:
Posting Komentar