Jumat, 07 Juli 2017

Cerpen - Perpustakaan kecil Irfan

Irfan memandang lemari bukunya. Hmmm…berantakan sekali, pikirnya. Buku-buku cerita koleksinya tidak tertata rapi. Satu seri buku yang seharusnya diletakkan bersebelahan, tetapi malah tersebar kemana-mana. Ada juga yang diletakkan miring, sehingga tidak terlihat judul bukunya.
Koleksi buku Irfan lumayan banyak, meski orang tuanya bukan tergolong orang kaya. Ibunya menyadari, bahwa dengan banyak membaca akan meningkatkan kecerdasan Irfan. Maka setiap sebulan sekali, ibu menyisihkan uang belanjanya sedikit untuk dibelikan beberapa buku.
Buku yang dibeli ibu bukanlah buku baru bersegel dari toko. Semuanya kebanyakan adalah buku bekas yang di dapat dari penjual buku bekas. Dengan telaten, ibu menyingkap satu demi satu tumpukan buku-buku itu hingga menemukan buku yang dirasa cocok dan bagus untuk Irfan.

Sekarang buku Irfan sudah terkumpul lumayan banyak. Beberapa orang temannya suka meminjam dari Irfan. Dengan senang hati Irfan meminjami mereka, dengan syarat mereka berjanji untuk merawatnya sungguh-sungguh dan mengembalikan sesuai waktu yang sudah disepakati.
Sekarang ini sudah liburan akhir semester 2. Liburannya lumayan panjang, sekitar tiga minggu. Ibu sudah memberi tahu, bahwa liburan kali ini ayah tidak bisa mengajak Irfan kemanapun. Ayah harus mendaftarkan adiknya Bella yang mau masuk SD, dan kebutuhan-kebutuhan mendesak lainnya.
Irfan memahami, sehingga ia tidak menuntut orang tuanya untuk pergi. Tapi Irfan sendiri menjadi bingung, apa yang akan dilakukannya selama tiga minggu kedepan? Bermain terus atau menonton TV juga sebentar akan menjadi bosan. Melihat rak bukunya yang berantakan, Irfan berencana akan merapikannya.
Tiba-tiba, terlintas dalam pikurannya sebuah ide. Irfan buru-buru menghampiri ibunya yang sedang menjahit di ruang tengah.
“Ibu, bagaimana kalau liburan kali ini Irfan membuka perpustakaan kecil, Bu?” Tanya Irfan. Ibu menghentikan jahitannya, lalu menatap Irfan.
“Perpustakaan? Wah, itu ide bagus, Fan!” kata ibu mendukung. Mata Irfan berbinar gembira.
“Irfan akan memungut lima ratus rupiah setiap satu buku yang dipinjam. Cukup kan, Bu?” Tanya Irfan.
“Ibu kira itu cukup pantas. Kamu tata saja buku-bukumu di ruang tamu, dan buat tulisan dengan papan tulis kecilmu, lalu letakkan di depan rumah.” Ibu memberi usul. “Dengan begitu, kamu akan punya kegiatan yang bagus selama liburan.”
Irfan senang sekali. Langsung dia merasa sibuk karena harus melakukan banyak hal. Irfan mengeluarkan semua bukunya dari rak, lalu memindahkan rak itu ke ruang tamu. Irfan membersihkan rak bukunya dengan sungguh-sungguh.
Irfan mulai menata buku-bukunya. Ruang tamu pun menjadi berantakan. Ibu membiarkan Irfan menata bukunya sendiri. Biarlah ia belajar bertanggung jawab, pikir ibu. Setelah selesai menata, tidak lupa Irfan mengambil papan tulisnya, lalu membuat tulisan dengan spidol yang bunyinya PERPUSTAKAAN LIBURAN IRFAN.
Irfan meletakkan papan tulisnya di pagar rumahnya. Sederhana, namun lumayan menarik perhatian, karena Irfan menambah gambar buku-buku kecil disekitarnya.
Keesokan harinya, Irfan mulai membuka perpustakaannya. Ada beberapa anak yang meminjam buku-buku Irfan. Irfan mencatat nama peminjam dan judul buku yang dipinjamnya dengan rapi pada sebuah buku.
“Aku pinjam lima sekawan nya Enid Blyton, Fan. Dua hari ya?” Tanya Doni. Irfan mengangguk. “Sini biar aku catat dulu namamu dan judul bukunya.” Kata Irfan.
Sebenarnya dalam hati Irfan merasa khawatir melihat Doni meminjam bukunya. Doni terkenal suka meminjam barang, dan barang yang dipinjamnya selalu dikembalikan dalam keadaan rusak atau malah hilang. Irfan merasa sayang kalau sampai buku kesayangannya sampai hilang atau rusak.
“Doni, buku ini harus kamu jaga. Kalau sampai hilang atau rusak, kamu harus menggantinya. Ingat ya?” Tanya Irfan.
“Tenang saja, Fan. Aku akan menjaganya dengan hati-hati. Aku pulang dulu ya, rasanya tidak sabar mau membaca buku ini.” Jawab Doni.
Kekhawatiran Irfan tidak berlangsung lama. Irfan segera melupakan Doni karena harus mencatat nama-nama peminjam lainnya. Irfan sibuk sekali, tetapi hatinya gembira.
Dua hari kemudian, pagi-pagi sekali, Irfan mengecek buku catatannya. Irfan teringat akan buku yang dipinjam oleh Doni. Irfan bergegas menelpon Doni untuk mengingatkan.
“Doni, jangan lupa kembalikan bukuku hari ini, ya?” kata Irfan.
“Aduh, Fan, bukunya hilang. Aku lupa dimana aku meletakkannya.” Jawab Doni dengan ringannya.
“Itu terserah kamu, Don. Sekarang kamu harus menggantinya!” Kata Irfan setengah membentak.
“Mengganti? Aku tidak punya uang sebanyak itu, Fan!” jawab Doni.
“Aku tidak tahu bagaimana caranya, pokoknya aku minta bukuku kembali atau kamu menggantinya.” Kata Irfan tegas. Irfan pun segera menutup telponnya tanpa menunggu jawaban dari Doni. Hatinya marah sekali.
Irfan kembali ke ruang tamu. Disana ada Rima yang sedang memilih buku mana yang akan dipinjam.
“Eh, Irfan. Ini bukumu ya? Ada namamu didalamnya.” Tanya Rima sambil menyerahkan sebuah buku.
“Iya, betul! Ini buku yang kemarin dipinjam Doni. Dimana kamu menemukannya?” Tanya Irfan.
“Aku menemukannya di kursi Mang Adin.” Jawab Rima.
“Terima kasih ya. Oya, kamu jangan bilang sama Doni kalau bukunya sudah ketemu. Biarlah dia mencari-cari dulu. Tahu rasa si Doni!”  kata Irfan. Rima mengangguk, lalu memberikan buku pilihannya yang hendak dipinjam.
Sore harinya, Doni kerumah Irfan dengan wajah bingung. Rupanya bentakan Irfan mengena di hatinya.
“Maafkan aku, Fan. Aku tidak sengaja menghilangkan bukumu waktu aku jajan di warung Mang Adin. Aku mau deh, melakukan apa saja untuk mengganti bukumu.” Kata Doni dengan penuh penyesalan. Irfan jadi tidak tega melihatnya.
“Sudah ketemu kok. Rima yang menemukannya di kursi mang Adin. Tapi sifatmu itu salah, kamu harus berjanji untuk tidak mengulanginya.”  Kata Irfan.
“Iya, Fan. Aku malu di cap sebagai anak perusak atau penghilang barang. Aku berjanji akan berusaha mengubah sikapku.” Kata Doni lagi. Irfan merangkul pundaknya.
“Nah, gitu dong! Sebagai hukumannya, gimana kalau kamu membantuku menjaga perpustakaan ini selama liburan? Kamu boleh membaca buku mana saja yang kamu suka disini.” Tawar Irfan.
“Bener nih? Wah…itu sih bukan hukuman, tetapi hadiah!” seru Doni kegirangan.
Irfan merasa lega. Selain bukunya sudah ditemukan, Irfan juga senang bisa mengisi liburannya dengan kegiatan yang bermanfaat dan menghasilkan. Uang yang dikumpulkannya akan dibelikan buku-buku lagi untuk menambah koleksinya.

Teman, apa yang kamu lakukan untuk mengisi liburanmu?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar