Umar bin Khattab Masuk Islam
Siang udara panas. Tampak seseorang yang tinggi besar menaiki kudanya
yang tegap. Wajahnya penuh amarah dan tangannya menghunuskan pedang. Siapa saja
yang berhadapan dengan orang ini pasti ketakutan.
Dialah Umar yang sedang marah. Umar marah pada Nabi Muhammad yang telah
mengajarkan agama baru. Merusak ajaran nenek moyang. Sehingga menyebabkan
perpecahan diantara kaum Quraisy. Umar ingin mencari Nabi Muhammad dan
membunuhnya dengan pedang miliknya.
Seorang sahabat Nabi Muhammad melihat sikap Umar dan ketakutan bila Umar
menemukan Nabi Muhammad dan benar-benar membunuh beliau. Sahabat tersebut menghentikan
langkah Umar.
“Berhenti dulu, Umar! Kamu mau kemana?” Tanya sahabat itu. Umar menunjuk
ke arah ka’bah dengan pedangnya.
“Aku akan mencari Muhammad dimanapun dia berada dan membunuhnya. Dia
telah menyebabkan perpecahan kaum Quraisy!” jawab Umar dengan suara yang
menggelegar. Sahabat tersebut mencari akal untuk mengalihkan perhatian Umar.
“Mengapa kamu membunuh Nabi Muhammad padahal keluargamu sendiri telah
mengikuti Nabi Muhammad.” Kata sahabat itu dengan ketakutan.
“Keluargaku? Tidak mungkin!!” jawab Umar.
“Betul! Fatimah, adikmu dan Sa’id suaminya sudah mengikuti Nabi
Muhammad.” Jelas sahabat itu. Wajah Umar langsung merah mendengar adiknya sudah
mengikuti Nabi Muhammad.
“Kurang ajar! Ini tidak boleh dibiarkan!” kata Umar berang, sambil
berbalik menuju rumah Fatimah.
Setelah sampai di rumah Fatimah, Umar menggedor pintu rumahnya dengan
sangat keras. Fatimah sedang duduk mengaji bersama suaminya, di dampingi oleh
Khabab. Khabab lah yang mengajari Fatimah dan Sa’id. Mereka sangat terkejut
mendengar suara keras pintu di gedor oleh Umar tersebut.
“Umar yang datang!” bisik Fatimah. Khabab tahu betul sifat keras Umar dan
merasa takut karena gedoran keras di pintu itu menunjukkan bahwa Umar sedang
marah. Khabab segera bersembunyi.
Sa’id berusaha tenang dan membukakan pintu yang masih terus digedor oleh
Umar. Ketika pintu dibuka, Umar segera berkata dengan lantang,
“Kalian telah mengikuti Muhammad kan ??”
Sa’id terdiam. Saat itu memang keadaan tidak memungkinkan, sehingga orang-orang
menyembunyikan keimanan mereka. Umar merasa tidak sabar dan segera memukul
Sa’id dengan kerasnya. Fatimah berlari untuk menolong Sa’id. Fatimah pun
dipukul juga wajahnya oleh Umar sehingga darahnya mengalir.
“Ya! Pukul saja kami sepuasmu! Kami memang telah beriman pada Nabi
Muhammad. Kami telah masuk agama Islam!” kata Fatimah dengan tegas.
Melihat darah yang mengalir di wajah Fatimah, hati Umar pun luluh. Apalagi
melihat ketegasan mereka dan kesetiaan pada agama baru mereka. Umar pun
terdiam.
“Aku mendengar kalian membaca sesuatu. Tunjukkan padaku bacaan itu.” Kata
Umar, kali ini dengan suara melunak.
“Tidak, aku takut kamu akan merusaknya.” Jawab Fatimah.
“Aku bersumpah tidak akan merusaknya. Tolong tunjukkan padaku.” Kata Umar
penuh harap.
“Ya, tapi tolong bersucilah dahulu. Sungguh ini adalah mushaf (lembaran)
yang suci.” Kata Fatimah. Fatimah pun mengajari Umar cara bersuci.
Setelah Umar selesai bersuci, Fatimah menyerahkan lembaran yang berisi
ayat-ayat Al-Qur’an yang diajarkan oleh Khabab. Umar mempelajarinya. Selama ini
Umar dikenal sebagai penyair yang bagus. Maka Umar pun memahami bahwa tulisan
Al-Qur’an itu sungguh sebuah syair yang maha indah. Air mata Umar mengalir,
membasahi lembaran yang dibacanya.
“Bagus sekali…ini pasti bukan buatan manusia. Ini pasti buatan Tuhan
semesta alam.” kata Umar dengan penuh kekaguman. Khabab yang mendengar Umar
berkata seperti itu pun segera keluar dari tempatnya bersembunyi.
“Umar, aku melihat keadaan ini adalah hasil do’a Nabi Muhammad ‘Ya Allah,
muliakanlah Islam dengan islamnya salah satu dari dua Umar, yaitu Umar bin
Khatab atau Amru bin Hisyam’” kata Khabab. Umar sangat terkejut.
“Beliau berdo’a seperti itu? Dimanakah Nabi Muhammad berada sekarang ini?
Aku akan segera mengikutinya dan masuk Islam juga.” Tanya Umar.
“Ya.” Jawab Khabab. “Temuilah Nabi Muhammad di rumah Arqom bin Abi
Arqom.”
Fatimah sangat terharu dan menangis bahagia. Fatimah sangat berharap
bahwa yang dimaksud dari do’a Nabi Muhammad adalah abangnya, Umar dan bukan
Amru bin Hisyam (Abu Jahal).
Umar menyarungkan pedangnya. Langkahnya pun menjadi lebih tenang. Umar
menaiki kudanya dan segera memacunya menuju rumah Arqom bin Abi Arqom. Umar
yang sekarang sudah berbeda dengan Umar yang tadi. Dadanya kini sudah dipenuhi
oleh cahaya keimanan.
Saat itu dirumah Arqom, Nabi Muhammad dan para sahabat sedang berkumpul. Para sahabat tengah mendengarkan Nabi Muhammad yang
mengajarkan tentang Islam. Ketika pintu diketuk, salah satu dari sahabat
melihat dari jendela siapa yang datang.
“Umar! Yang datang Umar!” katanya. Semuanya langsung terdiam dengan wajah
ketakutan. Mereka tahu persis sifat keras Umar dan bagaimana Umar begitu
memusuhi Islam. Mereka takut Umar akan marah disitu. Umar tidak takut pada
siapapun.
Hamzah bin Abdul Muthalib segera menenangkan para sahabat.
“Buka pintunya. Kita belum tahu apa maksud kedatangannya. Bila ia
bermaksud baik, kita pun akan bersikap baik. Bila ia bermaksud buruk, aku lah
yang akan melayaninya.” Para sahabat pun
menjadi tenang. Mereka juga tahu bahwa Hamzah pun juga pemberani.
Sahabat pun membukakan pintu untuk Umar.
“Saya mencari Nabi Muhammad.” Katanya dengan pelan. Umar pun
dipersilahkan masuk. Umar duduk bersimpuh di depan Nabi Muhammad. Semua yang
ada disitu pun menarik nafas. Apa yang akan dilakukan Umar?
“Saksikanlah, saya akan memeluk Islam.” Kata Umar dengan tegas. Nabi
Muhammad bersyukur gembira. Para sahabat pun
bertakbir dengan lantangnya. Allahu Akbar!! Islam akan semakin kuat dengan
berimannya Umar bin Khatab, sang jagoan!
Selama ini kaum muslimin selalu menyembunyikan keislaman mereka, khawatir
bila diri dan keluarganya diganggu.
“Bukankah kita di jalan yang benar?” Tanya Umar pada Nabi Muhammad.
“Tentu saja.” Jawab Nabi Muhammad.
“Kalau begitu, mari kita tunjukkan kebenaran itu.” Kata Umar.
Nabi Muhammad dan para sahabat pun berjalan beriringan dan Umar pun
memimpin di depan. Mereka berkeliling kota
Mekkah sambil bertakbir. Tidak ada satupun yang berani mengganggu, karena ada
Umar bin Khatab disana.
Umar, menjadi penyebab turunnya beberapa kali wahyu
Setelah memeluk Islam, Umar berusaha mengamalkan ajaran Islam dengan
sungguh-sungguh. Umar termasuk sahabat yang cerdas. Umar bisa membedakan mana
perkara yang benar dan mana yang salah. Bahkan dalam beberapa perkara, Umar
menjadi penyebab turunnya wahyu. Maka Umar pun diberi gelar Al-Faruq, artinya
yang bisa membedakan perkara benar dan salah.
Perkara pertama, adalah tentang minuman keras. Umar pun berdo’a
“Ya Allah, berilah kami penjelasan tentang minuman keras yang dapat
menghilangkan akal dan harta manusia.”
Maka turunlah wahyu kepada Nabi Muhammad yang isinya perintah untuk tidak
sholat dalam keadaan mabuk. Tetapi kebiasaan minum minuman keras masih belum
berhenti dikalangan umat Islam. Umar pun kembali berdo’a
“Ya Allah, berilah kami penjelasan yang pasti tentang minuman keras yang
dapat menghilangkan akal dan harta manusia.”
Kemudian turunlah ayat 91 dari surat
Al-Maidah yang melarang dengan tegas untuk minum minuman keras.
Perkara kedua adalah saat Umar memberi saran pada Nabi Muhammad agar
menyuruh istri-istri beliau untuk menggunakan hijab (cadar). Maka segera turun
ayat yang memerintahkan istri-istri Nabi Muhammad untuk menggunakan hijab.
Perkara yang ketiga adalah ketika budak Umar masuk ke kamar Umar ketika
Umar sedang istirahat di siang hari. Saat itu sebagian pakaiannya terbuka. Umar
pun berdo’a kepada Allah agar Allah melindungi auratnya pada saat-saat seperti
itu.
Maka turunlah ayat 58 dari surat
an-Nur yang isinya agar orang beriman meminta izin untuk masuk ke kamar pada
tiga waktu, yaitu sebelum sholat Subuh, siang hari, dan sesudah sholat Isya’.
Waktu-waktu itu menjadi aurat.
Dan masih banyak lagi perkara yang lainnya. Nabi Muhammad bersabda,
“Allah menjadikan kebenaran pada lisan dan hati Umar,”
Umar Pemimpin yang Bijaksana
Sepeninggal Nabi Muhammad dan Abu Bakar, Umar lah yang menjadi khalifah,
pemimpin bagi umat Islam. Umar sangat tegas dan berwibawa. Umar begitu lemah
lembut pada umat Islam, dan menjadi sangat keras pada orang kafir.
Suatu malam yang gelap dan dingin, Umar terbangun dari tidurnya. Umar
mempunyai kebiasaan berkeliling di malam hari, untuk memperhatikan rakyatnya.
Memperhatikan apakah rakyatnya ada yang kelaparan, atau pun keadaan-keadaan
lainnya, Umar siap membantu mereka.
Umar berkeliling dari satu kampung ke kampung yang lain. Hingga pada
suatu jalan, terdengar suara anak-anak yang sedang menangis. Ibu mereka
berusaha menghibur, tetapi tetap saja anak-anak itu menangis keras. Umar mendekati
rumah itu. Dilihatnya seorang ibu dan anak-anaknya duduk mengelilingi sebuah
periuk dengan api yang menyala.
“Mengapa mereka menangis, Ibu?” Tanya Umar.
“Mereka lapar.” Jawab sang ibu. Umar pun keheranan.
“Lalu apa isi periuk itu?” Tanya Umar lagi.
“Isinya hanya air dan batu untuk membohongi mereka, hingga mereka
tertidur. Allah menjadi saksi karena Umar tidak memperhatikan kami!” jawab ibu
itu dengan bersedih. Rupanya, ibu itu tidak mengenal Umar.
Umar langsung berlari ke baitul Mal (harta Negara) sambil menangis.
Ternyata masih ada rakyatnya yang masih belum mendapat perhatiannya. Umar
menangis mengingat betapa besar tanggung jawabnya di hadapan Allah. Umar
mengambil gandum dan keju dan membawanya kembali ke rumah sang ibu.
Tiba disana, Umar pun membantu memasak untuk anak-anak tersebut. Abu
apinya berterbangan hingga mengenai baju dan jenggotnya. Setelah masak, Umar
juga membantu membagikan makanan tersebut untuk anak-anaknya. Anak-anak itu
makan dengan lahapnya. Setelah kenyang, mereka pun tertidur. Ibu itu berkata,
“Terima kasih. Siapapun, dirimu lebih baik dari Umar!” Umar pun pergi
dari rumah itu.
Pada malam yang lain, saat Umar berkeliling di malam hari, Umar mendapati
suara seorang wanita yang berteriak-teriak kesakitan. Umar bertanya pada suami
wanita itu.
“Apa yang terjadi? Mengapa istrimu kesakitan?”
“Dia mengalami kesulitan melahirkan. Dan kami hanyalah orang asing
disini.” Jawab suami itu dengan lemah. Demi mendengar jawaban itu, Umar pun
berlari menuju rumahnya. Umar yakin istrinya Umi Kultsum binti Ali bin Abi
Thalib bisa menolong wanita itu. Umar pun membangunkannya.
“Apakah kamu mau mendapat pahala yang banyak?” Tanya Umar.
“Tentu saja saya mau.” Jawab Umi Kultsum.
“Kalau begitu, ikutlah dengan saya. Ada
wanita yang mengalami kesulitan melahirkan. Mudah-mudahan kamu bisa membantunya
atas izin Allah.” Kata Umar.
Umi Kultsum menyiapkan beberapa peralatan yang dibutuhkan, sedangkan Umar
mengambil gandum dan keju. Mereka pun segera pergi ke rumah wanita tadi.
Sesampainya disana, Umi Kultsum segera masuk untuk membantu wanita itu
melahirkan, sedangkan Umar duduk di luar berbincang-bincang dengan suami wanita
itu. Rupanya suami itu tidak mengenali Umar.
Setelah beberapa lama, Umi Kultsum keluar sambil berkata,
“Wahai Amirul Mukminin, sampaikan pada sahabatmu, kabar gembira. Anaknya
laki-laki!”
Laki-laki itu terkejut. Panggilan Amirul Mukminin adalah hanya untuk
Umar.
“Maafkan saya, Amirul Mukminin…sungguh saya tidak tahu. Maafkan saya…”
kata laki-laki itu sambil memberi hormat.
“Kamu tidak salah apa-apa..” jawab Umar sambil tersenyum. Umar dan Umi
Kultsum pun pergi meninggalkan mereka.
Umar Wafat
Seorang budak bernama Fairuz Abu Lu’lu’ah sudah lama memendam kebencian
pada Umar. Dia sangat marah pada Umar yang telah menawannya pada suatu perang
dan menjadikannya budak. Fairuz selalu menunggu-nunggu kesempatan untuk
membalas Umar.
Fairuz pun ingin membunuh Umar. Hatinya benar-benar penuh kebencian.
Fairuz mencari-cari kesempatan, tetapi selalu gagal. Karena Umar selalu hidup
diantara rakyatnya untuk melayani mereka. Selain itu, tempat yang dikunjungi
Umar adalah masjid.
Maka pada suatu subuh yang gelap, Fairuz bersembunyi di dalam masjid.
Umar dan para sahabat datang untuk menunaikan solat Subuh berjama’ah dan Umar
menjadi imamnya.
Pada saat Umar takbir dan gerakan solatnya pun menjadi sujud, semua mata
jama’ah solat tertuju pada tempat sujudnya masing-masing. Saat itulah Fairuz
keluar dari tempatnya bersembunyi, dan menusuk Umar dari arah punggungnya sebanyak
enam kali tusukan.
“Ah…!!! Ada
yang telah membunuhku!” teriak Umar. Para
jama’ah sholat pun segera membatalkan solat mereka dan menyerang Fairuz. Fairuz
pun balik menyerang dan melukai beberapa sahabat. Abdurrahman bin Auf
menelungkupkan mantelnya kea rah Fairuz, dan Fairuz pun tertangkap.
Fairuz sadar, bahwa dirinya sudah tertangkap dan tidak mungkin untuk
meloloskan diri. Maka Fairuz pun menusuk dirinya sendiri hingga mati.
Umar menyuruh Abdurrahman bin Auf untuk menggantikannya menjadi imam
solat untuk para jama’ah. Sementara itu darah dari luka di tubuh Umar masih
terus mengalir. Seorang Tabib (dokter) masuk untuk mencoba menyembuhkan luka
Umar. Tabib itu menyuruh Umar untuk minum susu, tapi susunya keluar dari lubang
lukanya.
“Wahai, Umar, berwasiatlah. Karena ketetapan mautmu telah tiba.” Kata
sang tabib.
Umar pun banyak berwasiat kepada kaum muslimin yang telah menanagis sejak
tadi. Umar meminta agar menyederhanakan kain kafannya, dan meminta izin pada
Aisyah agar boleh dimakamkan di samping makam Nabi Muhammad dan Abu Bakar. Umar
juga meminta kaum muslimin untuk memilih penggantinya diantara enam orang yang
ditunjuknya, yaitu Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Thalhah bin
Ubaidillah, Zubair bin Awwam, Sa’ad bin Abi Waqqash, dan Abdurrahman bin Auf.
Hingga tiba saatnya, Umar pun wafat. Umar meninggalkan kejayaan yang luar
biasa pada umat Islam. Umar menjadi figur orang yang cerdas dan pemimpin yang
bijaksana. Teladan bagi umat sepanjang masa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar