Utsman bin Affan
Utsman adalah seorang pedagang yang berhasil. Dia selalu sibuk dengan
urusan dagangnya. Suatu malam, Utsman bermimpi. Dalam mimpinya itu, seseorang
datang padanya sambil berkata,
“Bangunlah, Utsman! Muhammad telah keluar di Mekkah.” Utsman terbangun
dan memikirkan kata-kata dalam mimpinya. Tetapi
Utsman sungguh tidak memahami apa maksudnya.
Utsman pun pergi menemui sahabatnya, Abu Bakar. Utsman bertanya, apakah
Abu Bakar dapat memahami maksud mimpinya itu.
“Utsman, Nabi Muhammad telah diutus oleh Allah untuk menjadi nabi dan
rosul-Nya. Kamu lelaki yang pemalu, Utsman, karena itulah sebaiknya kamu
mengikuti Nabi Muhammad dengan ajarannya yang mulia.” Abu Bakar pun mengajak
Utsman untuk memeluk Islam.
Utsman sangat tersentuh. Cahaya keimanan pun tumbuh dalam hatinya. Utsman
merasa bahwa mimpinya akan menuntunnya ke jalan yang lurus, yaitu Islam yang
dibawa oleh Nabi Muhammad.
Utsman segera menemui Nabi Muhammad dan bersyahadat, bersaksi bahwa tidak
ada Robb yang patut disembah kecuali Allah, dan Muhammad adalah nabi dan
rosul-Nya. Utsman telah masuk Islam.
Pamannya sangat marah ketika mendengar Utsman masuk Islam.
“Keluarlah kamu dari Islam. Utsman! Kembalilah ke ajaran nenek moyang
kita untuk menyembah berhala!” bentak paman Utsman. Tetapi Utsman tetap pada
pendiriannya. Sang paman pun mengikat Utsman dengan rantai yang kuat.
“Aku tidak akan melepaskan ikatan ini kalau kamu belum keluar dari
Islam!” kata paman Utsman. Akan tetapi, Utsman menjawab dengan tegas.
“Demi Allah, aku tidak akan keluar dari Islam meski paman membiarkan aku
terikat selamanya.”.
Paman Utsman pun menyerah melihat Utsman begitu mantap dengan
keimanannya. Pamannya merasa tidak akan berhasil mengeluarkan Utsman dari
Islam. Maka dibukalah rantai pengikat Utsman lalu pergi meninggalkan Utsman.
Utsman dikenal sebagai sahabat dengan sifat pemalu, tetapi teguh
pendiriannya terhadap kebenaran yang telah terlihat olehnya.
Malaikat pun Malu pada Utsman
Pada suatu hari Nabi Muhammad sedang duduk di dalam rumahnya sambil
bersila. Pakaian Nabi Muhammad sedikit terangkat sehingga pahanya agak terbuka.
Datanglah Abu Bakar meminta izin Nabi Muhammad untuk masuk. Nabi Muhammad
mengizinkan tanpa mengubah posisi duduknya sama sekali.
Lalu datanglah Umar meminta izin Nabi Muhammad juga untuk masuk. Nabi
Muhammad pun mengizinkannya tanpa mengubah posisi duduknya. Mereka
berbincang-bincang dengan Nabi Muhammad.
Setelah itu, datanglah Utsman. Nabi Muhammad mengizinkan Utsman masuk
sambil segera membetulkan pakaiannya sehingga paha Nabi Muhammad pun tertutup.
Setelah para sahabat nabi itu pulang, Aisyah bertanya pada Nabi Muhammad
“Mengapa engkau membetulkan pakaianmu hanya ketika Utsman masuk?” Tanya
Aisyah.
“Aisyah, Utsman adalah orang yang pemalu. Aku khawatir bila Utsman
melihatku seperti itu, ia akan merasa malu untuk berbicara padaku. Aku pun malu
pada orang yang para malaikat pun malu kepadanya.” Jawab Nabi Muhammad.
Utsman Memiliki Sumur di Surga
Setelah kaum muslimin hijrah ke Madinah, jumlah mereka pun bertambah
banyak. Di Madinah, mereka diganggu oleh orang-orang yahudi yang memang tinggal
di Madinah juga.
Di Madinah ada sebuah sumur yang sangat dibutuhkan oleh banyak orang.
Sumur ini dikuasai oleh yahudi. Orang yahudi itu meminta bayaran yang sangat
tinggi bila ada kaum muslimin yang akan mengambil air di sumur itu. Nabi
Muhammad bersabda,
“Siapa yang mau membeli sumur itu akan mendapat sumur di Surga.” Utsman
mendengar Nabi Muhammad bersabd, segera pergi menemui orang yahudi itu. Utsman
akan membeli sumurnya.
“Juallah sumur itu kepadaku.” Kata Utsman.
“Baiklah.harganya lima
puluh ribu dirham.” Kata yahudi itu.
“Dua belas ribu dirham, tetapi satu hari milikku dan satu hari berikutnya
milikmu. Bagaimana?” tawar Utsman.
Yahudi itu setuju. Utsman meminta pada kaum muslimin untuk mengambil air pada
satu hari miliknya dengan gratis. Beberapa waktu kemudian, Utsman membeli
bagian milik yahudi seharga delapan ribu dirham. Dengan begitu, Utsman sudah
memiliki sumur di Surga. Utsman pun merasa gembira.
Utsman yang Dermawan
Perang Tabuk disebut juga perang al-Usrah, artinya perang yang dilakukan
pada waktu-waktu yang penuh dengan kesulitan. Cuaca saat itu sangat panas
menyengta, sedangkan buah-buahan belum cukup matang sehingga tidak bisa dijual.
Pasukan kaum muslimin sebesar tiga puluh ribu orang. Jumlah yang sangat
ini pasti membutuhkan banyak bahan makanan, kendaraan, dan perbekalan lainnya.
Karena itu Nabi Muhammad menganjurkan agar siapapun yang mempunyai kelebihan
harta agar bersedekah untuk kepentingan perang Tabuk.
Umar bin Khatab datang untuk memberikan separo hartanya. Abu Bakar datang
untuk memberi semua hartanya. Tapi, ternyata masih belum cukup untuk perang.
Nabi Muhammad pun berdiri dan bersabda,
“Siapa yang menyediakan perbekalan untuk perang Tabuk, akan mendapat
surga.” Menengar itu Utsman berdiri dan berkata,
“Aku memberikan seratus unta lengkap.” Nabi Muhammad pun menjawab,
“Semoga Allah membalasmu dengan kebaikan, ya Allah..ampunilah dosa Utsman,”
Utsman pun menjawab lagi, “Aku akan memberi tiga ratus ekor unta lengkap
dengan peralatannya.” Nabi Muhammad pun mendo’akan Utsman lagi.
“Wahai Nabi Muhammad, aku akan memberi 950 ekor unta lengkap dengan
peralatannya, 700 uqiyah emas, 50 ekor kuda, dan 10.000 dinar.” Kata Utsman
lagi.
Nabi Muhammad pun mendo’akan Utsman lagi.
“Ya Allah, ampunilah dosa Utsman baik yang dulu maupun sekarang.”
Utsman tidak merasa sayang untuk memberikan banyak harta untuk
kepentingan Islam. Semua harta yang dikeluarkan hanya untuk mengharap ridho dan
pahala dari Allah. Meskipun Utsman adalah seorang pedagang yang berhasil, Utsman
sama sekali tidak sombong dan selalu bersedekah pada orang yang tidak mampu.
Setelah Nabi Muhammad wafat , digantikan oleh khalifah Abu Bakar. Pada
masa itu terjadilah muslim paceklik, yaitu musim panas yang amat sangat, dan persediaan
makanan pun menipis. Mereka sangat kesulitan.
Tiba-tiba, dari jauh tampaklah debu yang mengepul di padang pasir, tanda serombongan unta kafilah
dagang telah datang. Kali ini dari kejauhan mereka dapat melihat akan banyak
sekali unta yang datang. Ternyata yang datang adalah seribu unta yang membawa
banyak sekali bahan makanan, milik Utsman bin Affan.
“Utsman, kami tambah keuntunganmu dua belas kali lipat.” Tawar para
pedagang. Utsman tersenyum dan menggeleng.
“Ada yang
menawar lebih dari itu.” Jawabnya. Para
pedagang pun menaikkan lagi tawarannya.
“Lima
belas kali lipat. Bagaimana?” tawar para pedagang. Utsman pun hanya tersenyum.
“Ada yang
menawar lebih dari itu.” Jawab Utsman dengan tenang.
“Kami menyerah. Kami tidak mampu lebih dari itu. Siapa yang akan membeli
barang daganganmu dengan harga yang begitu tingginya?” Tanya mereka penasaran.
“Allah yang akan membelinya. Semua bahan makanan dan seribu untanya
adalah sedekahku untuk penduduk Madinah.” Jawab Utsman.
Banyak sekali yang diberikan Utsman untuk umat Islam. Penduduk Madinah,
terutama yang tidak mampu, merasa sangat terbantu dengan bantuan dari Utsman.
Utsman Menjadi Khalifah Ketiga
Utsman menjadi khalifah menggantikan Umar bin Khattab. Utsman bekerja
dengan sungguh-sungguh demi kemajuan umat Islam. Utsman memperluas Negara Islam
hingga ke Persia ,
syam, Mesir. Utsman juga mengatur umat Islam agar lebih suka menolong dan
membantu sesama. Utsman menghilangkan sifat mengutamakan suku-suku nya
masing-masing. Dan yang bukan Islam pun juga hidup tenang dibawah naungan
Islam.
Meskipun Utsman bekerja dengan sungguh-sungguh, ada orang-orang yang
jahat dan memberikan fitnah yang keji pada Utsman. Utsman dituduh berbuat
kemaksiatan. Fitnah-fitnah itu disebar oleh orang yahudi yang mengaku Islam
bernama Abdullah bin Saba ’. Dia adalah orang
munafik.
Abdullah bin Saba ’ selalu memberi
berita-berita bohong pada kaum muslimin di berbagai tempat. Sehingga banyak
yang terpengaruh oleh ucapannya, menyebabkan perpecahan diantara umat Islam.
Setelah beberapa lama dikepung, pada suatu hari Utsman keluar dari
rumahnya untuk sholat berjama’ah dengan kaum muslimin. Para
pengacau yang melihat Utsman segera memburu Utsman. Para
pengacau memukul paha Utsman dengan tongkat hingga patah tongkatnya. Sejak itu
Utsman terus dikepung di rumahnya dan tidak bisa keluar ke masjid untuk sholat
berjama’ah.
Pada suatu malam, Utsman bermimpi. Dalam mimpinya, Utsman bertemu dengan
Nabi Muhammad dan berkata kepadanya,
“Utsman, apakah kamu suka bila besok kamu berpuasa dan berbuka bersama
kami?” Utsman pun menjawab, “Saya mau, wahai Nabi Muhammad!” Utsman pun bangun
dari tidurnya dengan tertawa.
Maksud dari mimpinya adalah, isyarat bahwa besok Utsman akan meninggal
dunia. Maka Utsman pun berpuasa, agar bila betul dirinya meninggal dunia,
nyawanya akan dicabut dalam keadaan berpuasa. Dan Utsman akan berbuka puasa
nanti di surga bersama Nabi Muhammad Sallallahu alaihi wasallam.
Keesokan harinya, para pengacau mulai menyalakan api didepan pintu
Utsman. Para sahabat mulai berdatangan untuk
membantu Utsman. Tetapi para pengacau sudah masuk kedalam rumah Utsman.
Utsman sedang membaca al-Qur’an ketika para pengacau itu masuk ke
rumahnya. Dengan segera para pengacau itu menusukkan pedang hingga putus
tangannya.
“Kamu tahu, tangan ini penah menuliskan wahyu untuk Rosulullah!” kata
Utsman. Utsman menutup mushaf al-Qur’annya yang telah berlumuran darah.
Akhirnya Utsman pun wafat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar