Thawaf adalah ibadah mengelilingi ka'bah sebanyak tujuh kali putaran. Thawaf ada yang wajib, ada juga yang sunnah. Thawaf ifadhah menjadi rangkaian dari ibadah haji. Thawaf juga merupakan rangkaian ibadah umroh, dilanjutkan dengan sai dan tahallul.
Pengalaman saya, saya melakukan beberapa kali thawaf. Pertama adalah ketika umroh, karena saya melakukan haji tamatu' yang didahului dengan umroh. Kedua adalah thawaf ifadhoh. Ketiga dan keempat adalah melakukan thawaf sunnah. Dan yang kelima adalah thawaf wada' atau perpisahan dengan kota Mekkah.
Biasanya saya melakukan thawaf dilantai dasar agar lebih cepat. Kenyataannya, di lantai dasar maupun lantai atas sama saja waktunya. Karena di lantai dasar sangat berdesak-desakan. Sedangkan dilantai atas, meski lebih jauh namun lebih leluasa sehingga bisa berjalan lebih cepat.
Pengalaman unik saya ada pada thawaf keempat yaitu ketika melakukan thawaf sunnah. Saya melakukannya sendirian karena jamaah lain merasa enggan. Saya melakukannya dilantai dasar dan agak menjauh ka'bah. Suasana cukup ramai dan berdesak-desakan.
Tiba-tiba, ada perempuan besar yang memegang pundak saya. Hal ini biasa terjadi, kadang beberapa orang saling memegang untuk bisa ikut berjalan bersama-sama. Tapi kali ini berbeda. Perempuan ini mendorong saya masuk mendekati Ka'bah.
Saya berdzikir kencang. Antara takut dan berharap perlindungan Allah Ta'ala. Saya sendirian diantara jutaan manusia. Kepada siapa saya berharap perlindungan kecuali kepadaNya?
Perempuan besar itu terus mendorong saya hingga saya begitu dekat dengan ka'bah. Lalu ia mempersilahkan saya dengan senyumnya agar saya memegang dinding ka'bah. Saat itu posisi saya ada di rukun yamani, dekat sekali dengan hajar aswad.
Subhanallah, terharu sekali rasanya bisa memegang dinding ka'bah. Air mata menetes tak henti-hentinya sambil bibir terlantun aneka doa. Sungguh ini merupakan nikmat yang tiada terkira saya bisa menembus jutaan manusia dan bisa memegang ka'bah.
Jarak saya dengan hajar aswad hanya sekitar dua meter. Namun saya menyadari, badan Asia saya yang tidak memungkinkan untuk mencium hajar aswad diantara laki-laki berbadan besar yang berkumpul dihajar aswad. Saya pun melewatinya dengan melambaikan tangan sembari bertakbir.
Saya juga melewati multazam atau pintu ka'bah dengan jarak satu meter. Saya sadari juga tidak akan bisa bergumul dengan jamaah laki-laki dengan postur tinggi besar semua yang menempel dipintu tersebut. Maka saya berdoa dalam jarak satu meter tersebut dan berharap Allah mengabulkannya. Multazam adalah tempat untuk mustajab berdoa.
Saya berjalan melewati hijir Ismail. Sebenarnya Hijir Ismail juga merupakan bagian dari ka'bah. Sehingga thawaf harus dilakukan diluar Hijir Ismail. Bila masuk kedalamnya, maka thawafnya tidak sah.
Saya juga mendekati maqam Ibrahim. Saya sentuh dan lihat bagian dalamnya, ada tanah dengan dua lekukan didalamnya. Tanda tempat Nabi Ibrahim berdiri diatasnya.
Setelah mendapat semua nikmat tersebut, saya memilih untuk keluar dari desakan. Keringat sudah mengucur tak berhenti. Saya ingin melanjutkan thawaf dengan dzikir yang lebih tenang. Saya hanya perlu berteriak, "Thoriq... Thoriq..." meminta jalan. Para lelaki muslim yang memuliakan wanita, dengan senang hati memberikan jalan untuk saya. Saya pun keluar dari desakan dan melanjutkan thawaf dengan hati yang sangat gembira.
Setelah melakukan thawaf, disunnahkan untuk sholat dua rokaat menghadap maqom ibrahim. Dilanjutkan dengan meminum air zam-zam juga menyiramkannya ke atas kepala sembari berdoa.
Semoga Allah menerima semua ibadah kita dimanapun berada.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar