Kamis, 13 September 2018

Catatan Perjalanan Haji : Madinah Yang Menentramkan Hati

Tibalah saatnya meninggalkan kota Mekkah, dan masuk ke kota Madinah. Madinah Al Munawwaroh, kota Madinah yang bercahaya.

Sungguh berbeda suasana hati ketika masuk ke dalam kota Mekkah dan ketika masuk ke dalam kota Madinah. Suasana hati yang tentram langsung terasa walau masih di dalam bus perjalanan.
Madinah memang berbeda. Penduduk asli Madinah lebih ramah. Seperti pendahulu mereka, kaum Anshor yang dengan ramah menyambut dan melayani kaum Muhajirin. Saat ini pun Madinah melayani para pendatang dengan sikap yang sama.


Hati sudah merasa damai, dan lantunan sholawat lebih merasuk kedalam hati disini. Allahumma sholli 'alaa Muhammad.

Sholat di Masjid Nabawi memiliki keutamaan daripada di masjid-masjid lainnya kecuali Masjidil Haram di Mekkah. Dengan keutamaan seribu kali sholat di masjid lain.

Sayang sekali saya hanya akan menghabiskan waktu 4 hari disini, maka sebaiknya saya menggunakan waktu yang tersisa dengan sebaik-baiknya.

Pertama, dengan mengusahakan sholat fardhu lima kali sehari dilakukan di masjid Nabawi. Hal ini untuk mengejar keutamaannya yang menggiurkan. Utamanya lagi, setelah sholat Subuh tetap berdiam di masjid hingga terbit matahari. Pahalanya seperti pahala haji dan umroh sempurna. Apalagi di masjid Nabawi.

Kedua, dengan berziarah ke raudhah sesering mungkin. Alhamdulillah, saya bisa tiga kali berziarah. Meski rasanya masih belum puas dan masih ingin terus berziarah kesana.

Ketiga, dengan banyak berdzikir dan bersholawat. Memang hal ini bisa dilakukan dimanapun. Namun ketenangan hati yang sudah diciptakan kota Madinah akan lebih sempurna dengan ketenangan hati yang diciptakan dengan berdzikir dan bersholawat.  Kedamaian yang terasa akan lebih indah.

Disini saya juga berkunjung ke Museum Al Qur'an di pintu 5 Masjid Nabawi. Tempat dimana kita bisa melihat-lihat koleksi Al-Qur'an dari zaman dahulu kala. Ada juga Mushaf yang tulisannya masih belum ada titik dan harakatnya. Dan seperti itulah Mushaf sebelum zaman Utsman bin Affan radhiyallahu 'anhu. Beliaulah yang memulai penggunaan titik dan harakat agar kelak generasi berikutnya bisa membaca Al-Qur'an dengan mudah. Semoga Allah membalas jasa kebaikan beliau. Amin.

Ada juga mushaf-mushaf lain yang masih ditulis dengan tangan. Saya membayangkan kesungguhan hati mereka yang menulis itu. Karena dizaman dahulu belum ada mesin fotocopy, jadi untuk memperbanyaknya dengan cara ditulis ulang. 

Selain ke Museum Al-Qur'an, kita juga mampir berziarah ke maqam Baqi'. Tempat dimana dimakamkannya para sahabat Nabi Muhammad sallallahu alaihi wa sallam. MasyaAllah, makam yang sangat sederhana. Jauh berbeda dengan di negara kita yang berlebihan menggunakan keramik dan sebagainya. 

Berbelanja di kota Madinah lebih menyenangkan. Apalagi dengan adanya fasilitas taksi gratis menuju mall. Dan harga yang sudah dibandingkan ternyata jauh lebih murah dibanding di kota Mekkah. Namanya Mall Qarat. Disana mencari perlengkapan rumah tangga hingga fashion dengan harga pas dan murah. Tak perlu buang-buang waktu dengan banyak menawar.

Sayangnya saya tidak ikut berbelanja ke Mall Qarat, hanya mendengar dari teman-teman yang menyempatkan kesana. Kata mereka, kedepannya mereka hanya akan berbelanja di Mall Qarat dan tidak di mall lainnya karena disana murah dan lengkap.

Dan apabila belanjaan dirasa akan memberatkan perjalanan pulang, maka didepan masjid ada kios ekspedisi bernama Saudi Post yang siap membantu mengepak barang dan mengirimkannya ke Indonesia dengan estimasi delapan hari sampai di alamat. Mudah, kan? Harganya cukup bersahabat, sekitar 12 riyal per kilogramnya. Yah, bersahabat bagi yang memang mampu hehehe.

Meninggalkan kota Madinah terasa lebih pilu. Rasa-rasanya masih belum puas bermunajat di Masjid Nabawi. Beri'tikaf didalamnya. Bertilawah dan berdzikir, serta bersholawat.

Ilalliqo'..
Semoga Allah segera memberi takdir terbaik untuk saya agar bisa kembali ke tanah suci dan beribadah dengan baik didalamnya.

Masjid Nabawi di malam hari

Suasana di dalam Masjid Nabawi
Di Halaman Masjid ada banyak burung dara namun bersih bebas dari kotorannya

Makam Baqi Al Gharqad

Museum Al-Qur'an di Pintu 5

Mushaf zaman dahulu tanpa titik dan harakat

Mushaf terbesar yang semuanya ditulis tangan

Aneka macam mushaf yang ditulis tangan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar