Minggu, 04 November 2018

Kisah Mereka di Pondok

Sekiranya memasukkan anak ke pondok, apakah berarti sebagai orang tua berlepas tangan dari pendidikan mereka? Sama sekali tidak. Tanggung jawab utama tetaplah pada pundak orang tua. Guru, ustadz semua hanyalah membantu saja. Dan orang tua mempercayakan kepada pondok atas "sebagian" pendidikan anak-anaknya, bukan seluruhnya.
Seperti cerita Mus'ab. Bahwa teman-temannya di pondok memiliki banyak cerita. Ada yang terkena scabies diseluruh tubuhnya karena memang hampir tidak pernah mandi. Ada juga yang jorok sekali, meletakkan barangnya dilemari asal-asalan. Tumpukan baju bercampur dengan makanan bahkan sampah bungkus makanan.  Tempat tidurnya juga penuh remah-remah makanan. Ada juga yang jarang mencuci bajunya.

Yang sedikit mengejutkan saya, ada yang kabur dari pondok. Ada yang memang tidak betah, ada yang pergi ke bioskop kota. Entah apa yang ditonton mereka. Ada juga yang main ke game centre.
Ada juga yang suka membully. Baik bully secara verbal maupun fisik. Secara verbal yaitu mengolok-olok namanya mungkin yang unik, atau mirip artis. Juga mengolok fisiknya yang kecil. Atau olok-olok lainnya. Secara fisik yaitu adanya pemalakan, meminta uang kepada temannya. Ada juga yang memukul. Bully ini menyebabkan dua anak keluar dari pondok. Sangat merugikan.
Ketika anak bercerita, saya masukkan nilai-nilai kehidupan kepadanya. Sembari berdoa dalam hati semoga Allah memberi rizki pemahaman dan semoga Allah menjaga dan melindungi mereka.
Cerita Usamah lain lagi. Meski ada juga yang kabur ke game centre, yang mengejutkan adalah ditemukannya buku porno ketika razia. Ustadz lalu mengumpulkan semua anak dimasing-masing kamarnya. Ustadz bertanya secara intensif, apakah anak-anak pernah melihat gambar porno. Tidak disangka, hampir semua mengangkat tangannya.
Usamah saya tanya. "Kamu sendiri pernah lihat ndak?" Dengan tegas dia menjawab. "Aku lihat di jalan, tapi cuma sebentar langsung aku menundukkan pandangan seperti ajaran Rosulullah. Aku kan ndak sengaja, salahnya dipasang dijalan."
Saya mikir, apa ada gambar porno dijalanan? Lama saya merenung, mungkin definisi pornonya masih terlalu jauh. Mungkin gambar perempuan menggunakan rok mini saja sudah menjadi gambar porno bagi dia. Padahal yang dimaksud ustadznya adalah gambar yang benar-benar porno.
Saya mengambil kesimpulan dari cerita anak-anak. Bahwa meskipun anak di pondok, orang tua tetap bertanggung jawab mendidik mereka. Ketika berkunjung, jangan hanya membawa oleh-oleh sekardus makanan. Tapi bawakan juga oleh-oleh nasehat ajaran yang sekiranya dibutuhkan anak.
Orang tua jangan sekedar menanyakan sampai mana hafalan anak. Tapi tanyakan pula apakah ada teman yang kau sakiti. Dan apakah ada teman yang kau bantu. Tanyakan akhlak mereka. Tanyakan aqidah dan iman mereka. Tanyakan kejujuran mereka. Tanamkan kedalam hati mereka bahwa Allah Maha Melihat dan Maha Mengetahui.
Mudah-mudahan Allah menjaga dan melindungi segenap anak-anak kaum muslimin dari fitnah syahwat dan fitnah syubhat yang selalu mengintai. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar