Tahun ini, kakakku Marwan dan istrinya Nabilah berangkat haji. Mereka sudah menunggu lima tahun dan tahun ini mereka ditakdirkan Allah bisa berangkat. Aku ikut senang bahwa mereka akan merasakan apa yang aku rasakan tahun lalu. Mereka akan bahagia seperti aku tahun lalu, dan itu juga membuat aku bahagia.
Mereka singgah ke Madinah lebih dulu. Tadi, Marwan mengirimkan video yang berisi suasana kamarnya, dan pemandangan dari jendelanya. Indah sekali, pemandangannya langsung menuju Masjid Nabawi. Terlihat payungnya yang sedang mengembang sempurna, memayungi siapa saja yang ada dibawahnya.
Seketika itu pula aku menangis. Seketika itu pula, dada ini bergetar.
Madinah, Aku rindu..
Rindu pada suara adzanmu yang dengannya kutapaki masjid Nabawi. Bersujud disana dan menikmati masa-masa bisa berlama-lama mengingatNya. Rindu bisa bertilawah dan bermunajat didalamnya.
Madinah, Aku rindu..
Rindu pada masa-masaku mengantri, menunggu giliranku masuk ke dalam taman surga, Roudhoh. Rindu pada ziyarohku pada makam Rosulullah sallallahu alaihi wasallam, Abu Bakar asshiddiq dan Umar bin Khottob. Aku rindu, ingin berpuas-puas diri memberi salam pada mereka.
Madinah, Aku rindu..
Dan rindu ini sungguh menggebu. Walau aku menyadari bahwa aku belum mampu, tapi aku meminta pada Dzat Yang Kaya dan Kuasa. Tiada daya dan upaya selain atas izinNya.
Masih belum puas rasanya, dan rasanya tidak akan pernah puas. Maka aku akan terus meminta agar aku bisa dikembalikan kesana.
Ya Rosulullah..
Mungkin amalku belum mencapai derajat amalmu dan para sahabatmu. Tapi inilah hamba Allah yang dhoif, menyampaikan dari lubuk hati yang paling dalam, bahwa aku mencintaimu...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar