Masih belum hilang dari ingatan, ketika dirimu lahir ke dunia, sudah dipenuhi dengan banyak kontriversi. Karena lahirnya barengan, dan yang satunya normal dan engkau harus menjalani operasi Caesar, maka disitulah mulut-mulut mulai menjalankan tugasnya untuk menilai dan menghakimi.
Penuh kebanggaan Mama memilikimu. Dan Abi menamaimu Usamah, sang pahlawan. Bangga rasanya dengan nama yang begitu besarnya keagungannya. Nama sahabat Rasulullah, cucu kesayangan dari anak kesayangan.
Dan bukan nama yang keren di zaman itu. Nama yang jadul bahkan terkesan 'keras' karena dunia sedang menyorot Usamah bin Laden, pahlawan umat ini yang mereka juluki 'teroris'.
Kau lahir dan tumbuh dalam kondisi yang amat sangat tidak ideal. Tidak bermaksud mengingkari nikmat Allah, hanya saja kondisi psikismu sangat Mama kuatirkan. Ya Allah, selamatkan anakku! Itu teriakan batin Mama sepanjang waktu.
Mulut-mulut tak berhenti mencela. Apalagi kau tumbuh berbeda. Kau sangat aktif dan lincah, sedang mereka menyebutmu nakal. Kau sangat ekspresif, sedang mereka memanggilmu pemarah.
Apalagi dengan kasus bully di tahun pertama sekolah dasarmu, membuatmu mendapat gelaja depresi. Mama sangat sedih waktu itu. Suasana rumah sangat mencekam. Untung kamu memang tercipta sangat kuat, Nak. Sangat kuat.
Alhamdulillah, Allah pertemukan dengan orang-orang baik. Perlahan keadaan berubah. Kau tumbuh mempesona dengan kecerdasanmu. Mulut-mulut yang semula mencela, berganti memujimu. Duh, Nak.. Mama tak akan larut dalam pujian mereka yang dulu mencela.
Apalagi ketika engkau sudah masuk ke pondok pesantren. Dengan adaptasi yang begitu sulitnya, engkau terus bertahan. Dirimu tak perlu melihat air mata yang mengalir deras menyebut namamu. Kau sungguh-sungguh keras berjuang melawan semuanya. Melawan dirimu sendiri, menjebol dinding kemalasan, kekerasan hati, kebodohan, kemarahan, dan sehingga Allah berkenan menggantinya dengan sifat rajin, lembut hati, cerdas dan pemaaf.
MasyaAllah Tabarakallah..
Izinkan Mama bangga dengan dirimu. Bangga dengan wajah tampanmu. Bangga dengan tubuh kekarmu. Bangga dengan banyaknya hafalanmu. Bangga dengan hausnya dirimu pada ilmu. Bangga dengan lemari dan rak bukumu yang sangat rapih. Bangga dengan ikhlasnya sifatmu membantu. Bangga dengan suara beratmu mengimami dengan irama yang merdu dan bacaan yang mempesona.
Izinkan Mama bangga padamu untuk mengobati luka-luka masa lalu.
Maha Benar Engkau Ya Rabb.. Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Kata ustadz Budi Ashari, bila Allah ridho maka Allah yang akan menutup semua kekurangan. Sebagaimana Nabi Musa yang tumbuh dan dididik oleh Fir'aun justru menjadi orang yang Sholih. Allah yang akan membimbing dan menunjukkan jalan yang benar pada hambaNya yang diridhaiNya.
Maka semoga Allah selalu meridhoi kita, Nak. Sehingga Allah berkenan selalu menunjukkan kita pada jalan yang lurus. Dan Allah berkenan menutup segala kekurangan kita dan menjadikan kita termasuk ahli Jannah.
Ya, Nak.. meski saat ini Mama sudah terpesona padamu, ini belum titik akhir. Cita-cita kita masih belum tercapai. Yaitu bersama-sama sekeluarga masuk ke dalam JannahNya. Amin Ya Rabbal Alamin. Mari berjuang bersama, Nak...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar