Kematian tak memandang usia, tak melihat amal. Ia datang tak mengikuti urutan kelahiran. Tetapi jika masa itu tiba, tak seorang pun dapat mengelak, meskipun ia seorang penguasa yang paling ditakuti atau orang kaya yang mampu membeli apa saja.
.
Tak penting kapan kita mati. Sungguh, tak penting kapan kita dipanggil untuk menghadap-Nya. Tetapi yang paling penting adalah bagaimana kita mati, dalam keadaan apa kita pergi dan dalam rangka apa kita meninggalkan dunia ini. Berbahagialah mereka yang meninggal dunia dengan jiwa yang tenang (nafsul muthmainnah), ridha kepada Allah dan Allah ridha kepada-Nya. Sempurnalah kebahagiaan itu apabila ia meninggalkan anak-anak yang shalih.
.
Dari Abu Hurairah radhiyaLlahu ‘anhu, Nabi shallaLlahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
.
إِنَّ مِمَّا يَلْحَقُ الْمُؤْمِنَ مِنْ عَمَلِهِ وَحَسَنَاتِهِ بَعْدَ مَوْتِهِ عِلْمًا عَلَّمَهُ وَنَشَرَهُ وَوَلَدًا صَالِحًا تَرَكَهُ وَمُصْحَفًا وَرَّثَهُ أَوْ مَسْجِدًا بَنَاهُ أَوْ بَيْتًا لِابْنِ السَّبِيلِ بَنَاهُ أَوْ نَهْرًا أَجْرَاهُ أَوْ صَدَقَةً أَخْرَجَهَا مِنْ مَالِهِ فِي صِحَّتِهِ وَحَيَاتِهِ يَلْحَقُهُ مِنْ بَعْدِ مَوْتِهِ
.
“Sesungguhnya yang didapati oleh orang yang beriman dari amalan dan kebaikannya setelah ia mati adalah, ilmu yang ia ajarkan dan sebarkan, anak shalih yang ia tinggalkan, mushaf Al-Qur’an yang ia wariskan, masjid yang ia bangun, rumah bagi ibnu sabil (musafir yang terputus perjalanan) yang ia bangun, sungai yang ia alirkan, sedekah yang ia keluarkan dari harta ketika ia sehat dan hidup, semua itu akan dikaitkan dengannya setelah ia mati.” (HR. Ibnu Majah dan Baihaqi).
.
Apa pelajaran dari hadis ini? Banyak. Sesungguhnya yang didapati orang beriman dari amalan dan kebaikannya sesudah mati, salah satunya adalah anak shalih yang ia tinggalkan (وَلَدًا صَالِحًا تَرَكَهُ). Berbekal shalihnya mereka yang tumbuh dari hasil didikan dan upaya orangtua, melalui do’a maupun kesungguhan mengirimkan anak-anak kepada guru yang baik, maka mereka menjadi sebab terus mengalirnya kebaikan buat orangtua. Bahkan di saat mereka lupa mendo’akan orangtuanya.
Ada yang perlu kita persiapkan agar sesudah mati kelak anak-anak kita menjadi amal shalih yang terus mengalirkan pahala. Alangkah sempurna andai yang terus mengalirkan pahala lebih banyak lagi, dari berbagai pintu kebaikan yang terus dikaitkan kepada kita.
Sudahkah kita bersiap? Bukankah masa itu semakin dekat.
~~~
.
Di atas udara Jakarta. Pagi tadi baru saja saya mendengar kabar wafatnya Ustadz Ja'far Salim Baradja. Semoga Allah 'Azza wa Jalla terima seluruh amal shalihnya, ampuni segala salah dan khilafnya, serta alirkan kepadanya kebaikan yang tak putus-putus dari kebaikan yang ditinggalkannya.
Teringat kepada suatu pagi diskusi serius di mobil dan canda ringan di meja makan, selingan di antara diskusi yang senantiasa penuh semangat. Terakhir bertemu sekitar 1,5 tahun lalu.
Sosok yang sangat berbeda lingkup perhatian dan kegiatannya, tetapi mengingatkan saya kepada dr. Tunjung. Saya sedang di Dukhan, Qatar saat mendengar beliau wafat. Sebuah kehilangan yang sangat besar ketika seseorang yang sangat baik wafat. Semoga Allah 'Azza wa Jalla meninggikan derajat beliau, mengampuni segala salah dan khilaf serta terus mengalirkan kebaikan bagi beliau dari segala amal yang ditinggalkannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar